Nama : Anggun Saymona
Nim : 06121402029
Makul : Bahasa Jurnalistik
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Bahasa yang Tepat Makna
Kata-kata dengan
Kebenaran Faktual
Yang dimaksud dengan kata-kata yang memiliki kebenaran
faktual adalah kata-kata yang sesuai objek empirisnya.
Contoh: Irjen Pol Saud
Usman Nasution Kapolda Sumsel (Sumber: Sumatera Ekspres, Sabtu 22 Maret 2014.
Hal 10)
Kata-kata dengan Bentuk
Gramatikal yang tepat
Yang dimaksud dengan kata-kata bentuk gramatikal yang
tepat adalah kata-kata yang memiliki bentuk gramatikal yang mendukung konsep
makna yang tepat.
Contoh: Banyak orang
menghidari razia polisi
Pilihan dari Kata-kata
Bersinonim
Banyak orang berpendapat bahwa kata-kata yang bersinonim
seperti mati, wafat, meninggal, berpulang, tewas, gugur, dan mampus memiliki
makna yang sama; namun, sebenarnya tidak. Yang sama hanyalah makna dasarnya,
yaitu ‘yang tadinya bernyawa menjadi tidak bernyawa lagi’.
Contoh: Perampok tewas
akibat dihakimi masa
Menghindari
Bentuk-bentuk Ambiguiti
Secara
sepintas pada Bab IV sudah dibicarakan apa yang dimaksud dengan bentuk
ambiguiti, yakni bentuk frase atau kalimat yang mempunyai potensi untuk
ditafsirkan memiliki lebih dari satu makna.
Contoh: Atik adiknya
afan
Susunan Kalimat yang
Cermat
Sebuah kalimat yang berdiri sendiri minimal harus
mempunyai unsur subjek dan unsur predikat. Juga harus ada objeknya kalau unsur
predikat berupa kata kerja aktif transitif. Sedangkan unsur keterangan (tempat,
waktu, cara, dan sebagainya) boleh ada boleh tidak sesuai dengan keperluan.
Dalam rangka menerapkan prinsip tepat makna, maka unsur
subjek dan unsur predikat harus ada. Jika salah satu tidak ada maka ketepatan
makna kalimat menjadi terganggu.
Contoh: akan kita
jalankan bukan kita akan jalankan, sekarang kita jalankan atau kita jalankan
sekarang; bukan kita sekarang
jalankan.
Bahasa yang Menarik
Menarik pada Judul
Berita
Pertama-tama orang ingin membaca sebuah berita adalah
karena melihat judul beritanya. Oleh karena itu, menurut Rosihan Anwar (1991),
judul berita itu harus dikemas semenarik
mungkin, dengan kata-kata yang dapat menggungah perasaan dan minat pembaca.
Contoh: 59 Mahasiswa
UBD Selesaikan Pendidikan S2
Pada Bab III sudah dibicarakan bahwa judul berita harus
dalam bentuk kalimat yang predikatnya berupa verba atau kata kerja. Lebih baik
lagi verba yang bersifat aktif, bukan pasif, meskipun prefiks me- pada verba
itu ditinggalkan.
Menarik pada Teras
Berita
Pada bab II dan bab III sudah dibicarakan apa yang
dimaksud dengan teras berita, yakni paragraf pertama dari berita langsung yang
berisi informasi mengenai yang akan dikemukakan pada badan berita.
Contoh:
PALEMBANG-Dipastikan awal April, Tunjangan Profesi Pendidikan (TPP) guru swasta
(non-PNS) untuk triwulan pertama akan cair. Pencairan tersebut telah melewati
proses validasi dari Dinas Pendidikan provinsi masing-masing sebelum dicairkan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui bank nasional
ke rekening masing-masing guru.
Menarik untuk Badan
Berita, Berita Kisah, dan Artikel
Selain dengan menggunakan kata-kata yang memiliki
“gereget” atau “menggigit” dalam penulisan berita atau karangan pada umumnya
kita juga dapat melakukan hal-hal berikut.
Ø Mendramatisasi
Kejadian
Maksudnya
suatu kejadian tidak cukup hanya dinyatakan dengan kata-kata abstrak saja,
tetapi harus dinyatakan atau didramatisasikan.
Ø Mengkonkretkan
Kata Abstrak
Kata-kata
seperti luas, kaya, besar, tinggi, jauh, dan sebagainya bersifat abstrak. Kita
tidak tahu berapa luasnya, berapa kayanya, berapa besarnya, berapa tingginya,
atau berapa jauhnya sesuatu yang dinyatakan dengan kata-kata itu. Oleh karena
itu, agar lebih menarik dan lebih menjelaskan, pernyataan dengan kata-kata itu
harus disebutkan angkanya yang konkret, yang dapat diukur dan dibayangkan.
Ø Variasi
Pola Kalimat
Seperti
sudah dikemukakan pada bab IV sebuah kalimat dasar memiliki pola struktur
subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (Ket). Dengan catatan
keterangan bisa terdiri dari sejumlah keterangan, seperti keterangan cara,
keterangan jumlah, dan sebagainya, meskipun semua keterangan itu tidak perlu
muncul sekaligus dalam sebuah kalimat.
Ø Variasi
Jenis Kalimat
Dalam
kajian sintaksis dikenal adanya jenis kalimat aktif yang dipertentangkan dengan
kalimat pasif, adanya kalimat berita yang dipertentangkan dengan kalimat tanya
atau kalimat perintah, dan adanya kalimat positif yang dipertentangkan dengan
kalimat negatif. Jenis-jenis kalimat dapat digunakan agar tidak membosankan dan
agra kalimat yang digunakan menjadi menarik. Kalimat-kalimat yang dikemukakan
di atas adalah kalimat berita. Maka, agar menjadi menarik kalimat-kalimat di
atas dapat disajikan dalam bentuk kalimat pasif, bila yang ingin ditonjolkan
atau dikedepankan adalah unsur objeknya.
Ø Variasi
Konjungsi
Dalam
menerapkan hemat kata seperti yang dibicarakan bab V, konjungsi atau kata
sambung pada konteks-konteks tertentu dapat ditanggalkan, aliastidak usah
digunakan. Namun, kalau terpaksa harus digunakan demi menerapkan prinsip tepat
makna, makna hendaknya harus digunakan secara bervariasi demi menerapkan
prinsip bahasa yang menarik. Jadi, kalau sekali sudah menggunakan kata
meskipun, maka ditempat lain harus digunakan kata biarpun, sungguhpun,
walaupun, atau sekalipun.
Ø Penggunaan
Ungkapan, Gaya Bahasa, Eufemisme, dan disfemisme
Ungkapan
adalah kata atau gabungan kata yang maknanya tidak dapat ditelusuri secara
leksikal maupun gramatikal. Jadi, ungkapan ini memiliki makna khusus atau makna
tertentu.
Gaya
bahasa atau style adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas
yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa.
Eufemisme
adalah upaya menampilkan bentuk-bentuk
kata yang dianggap memiliki makna yang lebih halus atau lebih sopan
untuk menggantikan kata-kata yang telah biasa dan dianggap kasar.
Disfemisme
adalah upaya untuk mengganti kata atau ungkapan yang halus dengan kata atau
ungkapan yang bermakna kasar.
Bahasa yang nalar
Pengantar
Seorang jurnalis atau wartawan hanya harus menyampaikan
fakta-fakta kejadian yang ditemukan dalam masyarakat. Dia tidak boleh
mengajukan opininya atau pendapatnya mengenai suatu kejadian atau peristiwa
yang ditemuinya. Sekali lagi hanya fakta dan hanya fakta yang harus
disampaikan.
Dari pembicaraan di atas sudah dapat dipahami bahwa yang
dimaksud dengan nalar adalah logis, masuk akal, atau dapat diterima menurut
logika. Di dalam kehidupan kita memang banyak ungkapan-ungkapan, ucapan-ucapan,
atau pendapat-pendapat yang tidak nalar. Seorang jurnalis harus dapat menangkap
mana ungkapan yang nalar dan mana yang tidak. Ungkapan yang tidak nalar perlu
disikapi dengan kritis agar berita yang disajikan betul-betul bermutu dan layak
jadi berita.
Kesimpulan Umum
(Induktif)
Kesimpulan umum (induktif) adalah kesimpulan yang ditarik
berdasarkan fakta-fakta khusus menjadi sebuah kesimpulan. Misalnya, ada fakta
bahwa cakalang bernafas dengan insang, kakap bernafas dengan insang, bandeng
bernafas dengan insang, tongkol bernafas dengan insang, dan sejumlah ikan lain
juga bernafas dengan insang. Maka dari fakta-fakta itu dapat ditarik kesimpulan
umum bahwa ikan bernafas dengan insang.
Kesimpulan Khusus
(Deduksi)
Kesimpulan khusus (deduksi) ditarik dari satu pernyataan
umum (PU) dan satu pernyataan khusus (PK). Pernyataan yang bersifat umum lazim
disebut premis mayor dan pernyataan yang bersifat khusus lazim disebut premis
minor. Dengan dasar kedua pernyataan itu dihasilkan sebuah kesimpulan deduksi
yang logis dan sah.
Persamaan (Analogi)
yang Salah
Analogi adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan
menyamakan atau memperbandingkan satu fakta khusus dengan fakta khusus lain.
Kesimpulan berdasarkan analogi ini seringkali menyesatkan karena kedua fakta
khusus yang disamakan atau diperbandingkan tidak ada relevansinya.
Kesalahan Argumentasi
Argumen adalah alasan untuk membenarkan suatu pernyataan.
Kesalahan dalam memberikan alasan atau argumen, banyak
sebabnya. Antara lain:
a.
Alasan yang diberikan tidak mengenai
pokok masalah, atau pokok masalah itu ditukar dengan pokok masalah lain.
b.
Alasan yang diberikan bukan mengenai
masalahnya, tetapi mengenai pribadi orangnya.
c.
Alasan yang diberikan tidak berdasarkan
pendapat ahli dibidangnya. Umpamanya pernyataan tentang politik luar negeri
didasarkan pada pendapat seorang ahli biologi atau pernyataan tentang
pendidikan anak usia dini didasarkan pada pendapat ahli astronomi, dan
sebagainya.
d.
Alasan yang diberikan berdasarkan
pikiran atau pandangan apriori si pembicara atau penulis.
e.
Alasan yang diberikan tidak ada
hubungannya dengan masalah pokok.
f.
Alasan yang diberikan sama dengan
masalahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar