Nama :
Riska Wulan Fitri
NIM :
06121402003
INTISARI
Bab 1 Pendahuluan
Jurnalistik nasional,
atau yang beredar secara nasional, tentu juga harus menggunakan bahasa
Indonesia. Sedangkan jurnalistik lokal atau kedaerahan boleh saja menggunakan
bahasa daerah, bukan bahasa Indoensia, untuk situasi resmi resmi dan situasi
tidak resmi dikenal adanya ragam formal dan ragam non formal atau ragam bahasa
keseharian. Lalu, kalau digunakan secara lisan ada ragam lisan, dan kalau
digunakan secara tertulis ada ragam tertulis. Kalau di lihat dari penggunaannya
pada bidang-bidang kegiatan atau keilmuan tertentu dikenal pula adanya
ragam-ragam, seperti ragam ilmiah, ragam sastra, ragam hukum, ragam militer,
ragam jurnalistik, dan ragam lainnya. Ciri-ciri ragam bahasa jurnalistik adalah
sesuai dengan tujuan tulisan jurnalistik dan siapa pembaca ragam jurnalistik
itu. Prof. John Hohenberg (lihat Rosihan Anwar 1991) menyatakan bahwa tujuan
semau penulisan karya jurnalistik adalah manyampaikan informasi, opini, dan ide
kepada pembaca secara umum. Ragam bahasa jurnalistik mempunyai dua ragam yaitu,
ragam bahasa ilmiah dan ragam bahasa sastra. Bagimana konkertnya ragam bahasa
jurnalistik, kiranya dapat ditarik dari “Pedoman Pemakaian Bahasa dalam Pers”.
Bab
2 Berita
: Pengertian dan Jenisnya
Sar Siregar (1982),
yang di kenal sebagai sastrawan Indonesia, tetapi juga pernah menjadi dosen
pada akademi publisistik, secara sederhana mengatakan bahwa berita adalah kejadian yang diulang
dengan manggunakan kata-kata. Di dalam masnyarakat hampir setiap hari, bahkan setiap
saat ada peristiwa atau kejadian, seperti kebakaran, kebanjiran, perampokan dan
sebagainya. Peristiwa atau kejadian yang layak berita, yaitu peristiwa atau
kejadian yang bersifat kontroversial. Seperti diketahui setiap berita
jurnalistik harus mempunyai 5W+1H, yaitu what,
who, where, when, why, dan how atau
apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan
bagaimana. Kalau dimuat isi surat kabar yang terbit dewasa ini mempunyai
beberapa hal yaitu (1) berita utama, dan berita-berita lain; (2) tajuk rencana;
(3) artikel lepas yang ditulis orang dari luar lingkungan jurnalistik; (4)
iklan-iklan; (5) tulisan pembaca; (6) pojok. Berita-berita yang dimuat dalam
surat kabar lazim dibedakan atas (1) berita langsung (2) berita ringan (3)
berita kisah atau fitur. Setiap berita, baik yang bersifat langsung, berita
ringa, maupun berita kisah harus berisi fakta-fakta yang menyangkut manusia,
meskipun yang diceritakan adalah hewan atau pun benda-benda yang terdapat dalam
masyarakat. Semua berita itu harus mengungkap unsur 5W dan 1H. Setiap berita
harus mengandung keenam unsur dengan fakta-faktanya. Dari anekdot yang menimpa
Deenis Taylor, kita dapat menyatakan bahwa seorang jurnalis dituntut bermata
jeli, dapat melihat berbagai kejadian di balik satu kejadian atau peristiwa.
Bab
3 Penulisan
Berita
Penulisan berita apapun
jenisnya adalah pekerjaan karang-mengarang haruslah diterapkan dalam penulisan
berita, di samping rambu-rambu khusus yang berlaku dalam dunia jurnalistik.
Rambu-rambu itu berkenaan dengan cara penulisan judul berita disebut juga kepala berita atau headline news, harus dibuat sedemikian rupa sehingga tampak menarik
dan “hidup”. Teras berita adalah
bagian yang penting dari sebuah berita, yang ditempatkan pada paragraf pertama
di bawah judul berita. Teras berita dapat berupa sebuah kalimat atau beberapa
kalimat (dua atau tiga buah kalimat) yang terikat pada sebuah paragraf. Tubuh berita merupakan penjabaran atau perincian yang lebih kuas tentang
teras berita. Bagian penutup, mungkin
bisa dikemukakan harapan pada pemerintah untu mengurus ke-17 pelaut itu melalui
jalur diplomatik, dan sebagainya. Berbeda dengan berita langsung maka berita
ringan tidak terikat dengan unsur “penting” dan unsur “aktual”. Yang penting
pada berita ringan ini adalah unsur manusianya, menyentuh rasa kemanusiaan, dan
keadilan bagi banyak orang. Berita kisah, juga berita langsung, dan berita
ringan, pada hakikatnya adalah sebuah karangan utuh, yang harus mengikuti
kaidah-kaidah penulisan sebuah karangan.
Bab
4 Satuan
Bahasa dalam Berita
Satuan tertinggi atau
terbesar adalah wacana. Satuan di bawah wacana adalah paragaraf; di bawah
paragraf adalah kalimat; di bawah kalimat adalah klausa; di bawah klausa adalah
frase; dan di bawah frase adalah kata. Wacana sebagai satuan tertinggi atau
terbesar adalah (gagasan, ide, konsep, dan sebagainya) yang lengkap dan utuh. Paragraf
tersebut terdiri dari 4 buah kalimat. Kalimat (1) adalah kalimat utama. Kalimat
(2), (3), dan (4) adalah kalimat penjelas. Keempat kalimat itu saling berkaitan
antara yang satu dengan yang lainnya. Kalimat biasanya didefinisikan sebagai
susunan kata-kata yang memiliki pengertian yang lengap, di dalam kalimat itu
ada unsur subjek, predikat dan objek. Klausa lazim diartikan sebagai kelompok
kata atau susunan kata atau konstruksi yang bersifat predikatif. Artinya, dalam
susunan kata itu ada predikatnya. Frase biasanya didefinisikan sebagai kelompok
kata atau rangkaian kata yang menduduki salah satu unsur kalimat (subjek,
predikat, objek dan keterangan). Kata adalah satuan ujaran (bahasa) terkecil
yang secara inhern memiliki makna, yaitu yang disebut makna leksikal, makna
sebenarnya, makna apa adanya, atau makna
lugas. Dalam kajian mengenai makan kata, kita berhadapan dengan kasus-kasus
yang disebut sinonimi, antonimi,
polisemi, homonimi, dan ambiguiti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar