Minggu, 11 Mei 2014

Intisari Bab 1 sampai Bab 4

Nama   : Riska Wulan Fitri
NIM    : 06121402003
INTISARI

Bab 1                                                  Pendahuluan
Jurnalistik nasional, atau yang beredar secara nasional, tentu juga harus menggunakan bahasa Indonesia. Sedangkan jurnalistik lokal atau kedaerahan boleh saja menggunakan bahasa daerah, bukan bahasa Indoensia, untuk situasi resmi resmi dan situasi tidak resmi dikenal adanya ragam formal dan ragam non formal atau ragam bahasa keseharian. Lalu, kalau digunakan secara lisan ada ragam lisan, dan kalau digunakan secara tertulis ada ragam tertulis. Kalau di lihat dari penggunaannya pada bidang-bidang kegiatan atau keilmuan tertentu dikenal pula adanya ragam-ragam, seperti ragam ilmiah, ragam sastra, ragam hukum, ragam militer, ragam jurnalistik, dan ragam lainnya. Ciri-ciri ragam bahasa jurnalistik adalah sesuai dengan tujuan tulisan jurnalistik dan siapa pembaca ragam jurnalistik itu. Prof. John Hohenberg (lihat Rosihan Anwar 1991) menyatakan bahwa tujuan semau penulisan karya jurnalistik adalah manyampaikan informasi, opini, dan ide kepada pembaca secara umum. Ragam bahasa jurnalistik mempunyai dua ragam yaitu, ragam bahasa ilmiah dan ragam bahasa sastra. Bagimana konkertnya ragam bahasa jurnalistik, kiranya dapat ditarik dari “Pedoman Pemakaian Bahasa dalam Pers”.


Bab 2                                      Berita : Pengertian dan Jenisnya
Sar Siregar (1982), yang di kenal sebagai sastrawan Indonesia, tetapi juga pernah menjadi dosen pada akademi publisistik, secara sederhana mengatakan bahwa berita adalah kejadian yang diulang dengan manggunakan kata-kata. Di dalam masnyarakat hampir setiap hari, bahkan setiap saat ada peristiwa atau kejadian, seperti kebakaran, kebanjiran, perampokan dan sebagainya. Peristiwa atau kejadian yang layak berita, yaitu peristiwa atau kejadian yang bersifat kontroversial. Seperti diketahui setiap berita jurnalistik harus mempunyai 5W+1H, yaitu what, who, where, when, why, dan how atau apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana. Kalau dimuat isi surat kabar yang terbit dewasa ini mempunyai beberapa hal yaitu (1) berita utama, dan berita-berita lain; (2) tajuk rencana; (3) artikel lepas yang ditulis orang dari luar lingkungan jurnalistik; (4) iklan-iklan; (5) tulisan pembaca; (6) pojok. Berita-berita yang dimuat dalam surat kabar lazim dibedakan atas (1) berita langsung (2) berita ringan (3) berita kisah atau fitur. Setiap berita, baik yang bersifat langsung, berita ringa, maupun berita kisah harus berisi fakta-fakta yang menyangkut manusia, meskipun yang diceritakan adalah hewan atau pun benda-benda yang terdapat dalam masyarakat. Semua berita itu harus mengungkap unsur 5W dan 1H. Setiap berita harus mengandung keenam unsur dengan fakta-faktanya. Dari anekdot yang menimpa Deenis Taylor, kita dapat menyatakan bahwa seorang jurnalis dituntut bermata jeli, dapat melihat berbagai kejadian di balik satu kejadian atau peristiwa.


Bab 3                                                  Penulisan Berita
Penulisan berita apapun jenisnya adalah pekerjaan karang-mengarang haruslah diterapkan dalam penulisan berita, di samping rambu-rambu khusus yang berlaku dalam dunia jurnalistik. Rambu-rambu itu berkenaan dengan cara penulisan judul berita disebut juga kepala berita atau headline news, harus dibuat sedemikian rupa sehingga tampak menarik dan “hidup”. Teras berita adalah bagian yang penting dari sebuah berita, yang ditempatkan pada paragraf pertama di bawah judul berita. Teras berita dapat berupa sebuah kalimat atau beberapa kalimat (dua atau tiga buah kalimat) yang terikat pada sebuah paragraf. Tubuh berita merupakan penjabaran atau perincian yang lebih kuas tentang teras berita. Bagian penutup, mungkin bisa dikemukakan harapan pada pemerintah untu mengurus ke-17 pelaut itu melalui jalur diplomatik, dan sebagainya. Berbeda dengan berita langsung maka berita ringan tidak terikat dengan unsur “penting” dan unsur “aktual”. Yang penting pada berita ringan ini adalah unsur manusianya, menyentuh rasa kemanusiaan, dan keadilan bagi banyak orang. Berita kisah, juga berita langsung, dan berita ringan, pada hakikatnya adalah sebuah karangan utuh, yang harus mengikuti kaidah-kaidah penulisan sebuah karangan.

Bab 4                                      Satuan Bahasa dalam Berita

Satuan tertinggi atau terbesar adalah wacana. Satuan di bawah wacana adalah paragaraf; di bawah paragraf adalah kalimat; di bawah kalimat adalah klausa; di bawah klausa adalah frase; dan di bawah frase adalah kata. Wacana sebagai satuan tertinggi atau terbesar adalah (gagasan, ide, konsep, dan sebagainya) yang lengkap dan utuh. Paragraf tersebut terdiri dari 4 buah kalimat. Kalimat (1) adalah kalimat utama. Kalimat (2), (3), dan (4) adalah kalimat penjelas. Keempat kalimat itu saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kalimat biasanya didefinisikan sebagai susunan kata-kata yang memiliki pengertian yang lengap, di dalam kalimat itu ada unsur subjek, predikat dan objek. Klausa lazim diartikan sebagai kelompok kata atau susunan kata atau konstruksi yang bersifat predikatif. Artinya, dalam susunan kata itu ada predikatnya. Frase biasanya didefinisikan sebagai kelompok kata atau rangkaian kata yang menduduki salah satu unsur kalimat (subjek, predikat, objek dan keterangan). Kata adalah satuan ujaran (bahasa) terkecil yang secara inhern memiliki makna, yaitu yang disebut makna leksikal, makna sebenarnya, makna apa adanya, atau makna lugas. Dalam kajian mengenai makan kata, kita berhadapan dengan kasus-kasus yang disebut sinonimi, antonimi, polisemi, homonimi, dan ambiguiti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar