Nama : Riska Wulan Fitri
NIM : 06121402003
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Bab 6 Bahasa
yang Tepat Makna
Ada beberapa cara untuk menerapkan
prinsip tepat makna di bahasa jurnalistik. Antara lain, (1) menggunakan
kata-kata yang secara faktual adalah benar; (2) menggunakan kata-kata secara
gramatikal memiliki bentuk yang tepat; (3) menggunakan kata yang secara
semantik mempunyai nuansa makna yang tepat dari sederet kata bersinonim; (4)
menghindari bentuk-bentuk frase atau kalimat yang ambigu; dan (5) menyusun
kalimat sesuai dengan kaidah gramatikal.
6.1 Kata-kata
dengan Kebenaran Faktual
Yang
dimaksud dengan kata-kata yang memiliki kebenaran faktual adalah kata-kata yang
sesuai ojek empirisnya.
Contoh
:
Kekalahan atas Sociedad membuat posisi Barca melorot
ke peringkat dua di bawah Real Madrid dengan selisih tiga poin.
6.2 Kata-kata
dengan Bentuk Gramatikal yang Tepat
Yang
dimaksud dengan kata-kata dengan bentuk gramatikal yang tepat adalah kata-kata
yang memiliki bentuk gramatikal yang mendukung konsep makna yang tepat.
Contoh :
1.
Fabregas
menegaskan El Barca telah mengevaluasi apa yang salah dalam laga melawan
Sociedad dan siap memperbaiki
kesalahan itu di laga melawan Almeria.
2.
Fabregas
menegaskan El Barca telah mengevaluasi apa yang salah dalam laga melawan
Sociedad dan siap memperbaikan kesalahan
itu di laga melawan Almeria.
6.3 Pilihan dari
Kata-kata Bersinonim
Banyak orang yang berpendapat bahwa
kata-kata yang bersinonim seperti, mati, wafat, dan meninggal memiliki makna
yang sama; namun, sebenarnya tidak. Yang sama hanyalah makna dasarnya, yaitu
‘yang tadinya bernyawa menjadi tidak bernyawa lagi’. Kata mati pada contoh bisa
dikenakan pada manusia dan pada makhluk lain yang bukan manusia. sedangkan
kata-kata wafat dan meninggal hanya bisa dikenakan pada manusia.
Contoh :
Sehingga dengan kata lain, saat pengunjung
berbelanja bisa mendaptkan promo khusus juga mendapatkan hiburan.
6.4 Menghindari
Bentuk-Bentuk Ambiguiti
Dimaksud
dengan ambiguiti, yakni bentuk frase atau kalimat yang mempunyai potensi untuk
ditafsirkan memiliki lebih dari satu makna.
Contoh :
Kuterima hadiah kedua kakakku dengan senang hati
kalimat tersebut bisa berarti
Hadiah kedua
dari kakakku
Hadiah dari
kedua kakakku
6.5 Susunan
Kalimat yang Cermat
Sebuah
kalimat yang berdiri sendiri minimal harus mempunyai unsur subjek dan unsur
predikat. Juga harus ada objeknya kalau unsur predikat berupa kata kerja aktif
transitif. Sedangkan unsur keterangan (tempat, waktu, cara, dan sebagainya)
boleh ada boleh tidak sesuai dengn keperluan.
Contoh :
Dalam pertemuan Barca kontra Almeria terakhir pada
September tahun lalu, Adriano, dan Lionel Messi mencetak gol untuk kemenangan
Bercelona.
Bab 7 Bahasa
yang Menarik
Pembicaraan mengenai bahasa yang menarik
dapat dibedakan atas: menarik pada judul berita, menarik pada teras berita, dan
menarik pada keseluruhan berita.
7.1 Menarik pada
Judul Berita
Menurut
Rosihan Anwar (1991), judul berita itu harus dikemas semenarik mungkin, dengan
kata-kata yang dapat menggugah perasaan dan minat pembaca.
Contoh :
Ajang Penembus Dosa
7.2 Menarik pada
Teras Berita
Pada
bab II dan bab II sudah dibicarakan apa yang dimaksud dengan teras beita, yakni
paragraf pertama dari berita langsung yang berisi informasi mengenai yang akan
dikemukakan pada badan berita.
Contoh :
Sepak bola dunia bakal menikmati suasana berbeda
pada El Derbi Madrileno musim ini,
yang akan berlangsung di Estadio Vicente Calderon, Minggu (2/3) malam nanti,
sekaligus menjadi La Liga.
Penyebabnya tak lain performa Atletico Madrid dan Real Madrid, yang sedang
berada di zona terbaik mereka.
7.3 Menarik
untuk Badan Berita, Berita Kisah, dan Artikel
7.3.1
Mendramatisasi Kejadian
Maksudnya
suatu kejadian tidak cukup hanya dinyatakan dengan kata-kata abstrak saja,
tetapi harus dinyatakan atau didramatisasikan.
Contoh :
Itu tidak adil, kami adalah tim dan kami semua harus
disalahkan, termasuk bagi mereka yang tidak berpartisipasi dalam pertandingan.
7.3.2
Mengkonkretkan Kata Abstrak
Kata-kata
seperti luas, kaya, besarm tinggi, jauh dan sebaginya bersifat abstrak. Oleh
karena itu, agar lebih menarik dan lebih menjelaskan, pernyataan dengan
kata-kata itu harus disebutkan angkanya yang konkret, yang dapat diukur dan
dibayangkan.
7.3.3 Variasi
Pola Kalimat
Seperti
sudah dikemukakan di bab IV sebuah kalimat dasar memiliki pola struktur subjek
(S), predikat (P), objek (O) dan keterangan (Ket).
Contoh :
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
S
P
O
K
7.3.4 Variasi
Jenis Kalimat
Jenis-jenis
kalimat yang dapat digunakan agar tidak membosankan dan agar kalimat yang
digunakan menjadi menarik.
7.3.5 Variasi
Konjungsi
Dengan
memvariasikan kata-kata konjungsi ini diharapkan bahasa yang kita gunakan
menjadi menarik; dan tidak membosankan.
Contoh :
Fitri pergi ke rumah nela dengan
sepeda ATAU berjalan kaki.
7.3.6 Penggunaan
Ungkapan, Gaya Bahasa, Eufemisme, dan Disfemisme
Ungkapan
adalah kata atau gabungan kata yang maknanya tidak dapat ditelusuri secara
leksikal maupun gramatikal.
Gaya
Bahasa atau style adalah cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
kepribadian penulis atau pemakai bahasa.
Eufemisme
adalah upaya menampilkan bentuk-bentuk kata yang dianggap memiliki makna yang
lebih halus atau lebih sopan untuk menggantikan kata-kata yang telah biasa dan
dianggap kasar.
Disfemisme
adalah upaya untuk mengganti kata atau ungkapan yang halus dengan kata ungkapan
yang bermakna kasar.
Bab 8 Bahasa
yang Nalar
Yang dimaksud dengan nalar adalah logis,
masuk akal, atau dapat diterima menurut logika. Seorang jurnalis harus dapat
menangkap mana ungkapan yang nalar dan mana yang tidak. Ungkapan yang tidak
nalar perlu disikapi dengn kritis agar berita yang disajikan betul-betul
bermutu dan layak jadi berita.
Salah nalar itu biasanya bersumber dari
empat hal, yaitu salah dalam hal:
1.
menarik
kesimpulan umum (induksi)
2.
menarik
kesimpulan khusus (deduksi)
3.
menarik
persamaan (analogi)
4.
memberi alasan
(argumen)
Kesimpulan Umum
(Induksi)
Kesimpulan umum (induksi) adalah
kesimpulan yang ditarik berdasarkan fakta-fakta khusus menjadi sebuah
kesimpulan.
Contoh :
Setiap pagi saya selalu bangun terlambat
Saya yakin besok pagi saya akan bangun terlambat
lagi
Kesimpulan
Khusus (Deduksi)
Kesimpulan khusus (deduksi) ditarik dari
satu pernyataan umum (PU) dan satu pernyataan khusus (PK). Pernyataan yang
bersifat umum lazim disebut premis mayor dan pernyataan yang bersifat khusus
lazim disebut premis monir. Dengan dasar kedua pernyataan ini dihasilkan sebuah
kesimpulan deduksi yang logis dan sah.
Contoh :
PU : Semua
orang kaya memiliki mobil
PK : Jerry
orang kaya
Jadi : Jerry
memiliki mobil
Persamaan (Analogi) yang salah
Analogi
adalah kesimpulan yang ditsrik dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan
satu fakta khusus dengan fakta khusus lain. Kesimpulan berdasarkan analogi ini
seringkali menyesatkan karena kedua fakta khusus yang disamakan atau
diperbandingkan tidak ada relevansinya.
Contoh :
Pertumbuhan tindak kejahatan korupsi di Indonesia terus
bertumbuh pesat. Baru saja ada yang tertangkap sudah muncul banyak tersangka
lain yang terus menghebohkan dunia perpolitikan Indonesia. Sama halnya seperti
pepatah mati satu tumbuh seribu . Begitulah juga keadaaan tindak korupsi di
negara ini yang terus tumbuh pesat dan merugikan banyak orang.
Kesalahan Argumentasi
Argumen
adalah alasan untuk membenarkan suatu pernyataan.
Kesalahan dalam
memberikan alasan atau argumen, banyak sebabnya. Antara lain :
a. Alasan yang diberikan tidak mengenai pokok masalah,
atau pokok masalah itu ditukar dengan pokok masalah lain.
b. Alasan yang diberikan bukan mengenai masalahnya,
tetapi mengenai pribadi orangnya.
c. Alasan yang diberikan tidak berdasarkan pendapat
ahli di bidangnya.
d. Alasan yang diberikan berdasarkan pikiran atau
pandangan apriori si pembicara atau penulis.
e. Alasan yang diberikan tidak ada hubungannya dengan
masalah pokok.
f. Alasan yang diberikan sama dengan masalahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar