Minggu, 11 Mei 2014

Intisari Bab 6 sampai Bab 8

Nama   : Riska Wulan Fitri
NIM    : 06121402003
Prodi   : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Bab 6                                      Bahasa yang Tepat Makna
Ada beberapa cara untuk menerapkan prinsip tepat makna di bahasa jurnalistik. Antara lain, (1) menggunakan kata-kata yang secara faktual adalah benar; (2) menggunakan kata-kata secara gramatikal memiliki bentuk yang tepat; (3) menggunakan kata yang secara semantik mempunyai nuansa makna yang tepat dari sederet kata bersinonim; (4) menghindari bentuk-bentuk frase atau kalimat yang ambigu; dan (5) menyusun kalimat sesuai dengan kaidah gramatikal.
6.1 Kata-kata dengan Kebenaran Faktual
            Yang dimaksud dengan kata-kata yang memiliki kebenaran faktual adalah kata-kata yang sesuai ojek empirisnya.
Contoh            :
Kekalahan atas Sociedad membuat posisi Barca melorot ke peringkat dua di bawah Real Madrid dengan selisih tiga poin.
6.2 Kata-kata dengan Bentuk Gramatikal yang Tepat
            Yang dimaksud dengan kata-kata dengan bentuk gramatikal yang tepat adalah kata-kata yang memiliki bentuk gramatikal yang mendukung konsep makna yang tepat.
Contoh :
1.      Fabregas menegaskan El Barca telah mengevaluasi apa yang salah dalam laga melawan Sociedad dan siap memperbaiki kesalahan itu di laga melawan Almeria.
2.      Fabregas menegaskan El Barca telah mengevaluasi apa yang salah dalam laga melawan Sociedad dan siap memperbaikan kesalahan itu di laga melawan Almeria.
6.3 Pilihan dari Kata-kata Bersinonim
Banyak orang yang berpendapat bahwa kata-kata yang bersinonim seperti, mati, wafat, dan meninggal memiliki makna yang sama; namun, sebenarnya tidak. Yang sama hanyalah makna dasarnya, yaitu ‘yang tadinya bernyawa menjadi tidak bernyawa lagi’. Kata mati pada contoh bisa dikenakan pada manusia dan pada makhluk lain yang bukan manusia. sedangkan kata-kata wafat dan meninggal hanya bisa dikenakan pada manusia.
Contoh :
Sehingga dengan kata lain, saat pengunjung berbelanja bisa mendaptkan promo khusus juga mendapatkan hiburan.
6.4 Menghindari Bentuk-Bentuk Ambiguiti
            Dimaksud dengan ambiguiti, yakni bentuk frase atau kalimat yang mempunyai potensi untuk ditafsirkan memiliki lebih dari satu makna.
Contoh :
Kuterima hadiah kedua kakakku dengan senang hati
kalimat tersebut bisa berarti
Hadiah kedua dari kakakku
Hadiah dari kedua kakakku

6.5 Susunan Kalimat yang Cermat
            Sebuah kalimat yang berdiri sendiri minimal harus mempunyai unsur subjek dan unsur predikat. Juga harus ada objeknya kalau unsur predikat berupa kata kerja aktif transitif. Sedangkan unsur keterangan (tempat, waktu, cara, dan sebagainya) boleh ada boleh tidak sesuai dengn keperluan.
Contoh :
Dalam pertemuan Barca kontra Almeria terakhir pada September tahun lalu, Adriano, dan Lionel Messi mencetak gol untuk kemenangan Bercelona.



Bab 7                                                  Bahasa yang Menarik
Pembicaraan mengenai bahasa yang menarik dapat dibedakan atas: menarik pada judul berita, menarik pada teras berita, dan menarik pada keseluruhan berita.
7.1 Menarik pada Judul Berita
            Menurut Rosihan Anwar (1991), judul berita itu harus dikemas semenarik mungkin, dengan kata-kata yang dapat menggugah perasaan dan minat pembaca.
Contoh :
Ajang Penembus Dosa
7.2 Menarik pada Teras Berita
            Pada bab II dan bab II sudah dibicarakan apa yang dimaksud dengan teras beita, yakni paragraf pertama dari berita langsung yang berisi informasi mengenai yang akan dikemukakan pada badan berita.
Contoh :
Sepak bola dunia bakal menikmati suasana berbeda pada El Derbi Madrileno musim ini, yang akan berlangsung di Estadio Vicente Calderon, Minggu (2/3) malam nanti, sekaligus menjadi La Liga. Penyebabnya tak lain performa Atletico Madrid dan Real Madrid, yang sedang berada di zona terbaik mereka.
7.3 Menarik untuk Badan Berita, Berita Kisah, dan Artikel
7.3.1 Mendramatisasi Kejadian
            Maksudnya suatu kejadian tidak cukup hanya dinyatakan dengan kata-kata abstrak saja, tetapi harus dinyatakan atau didramatisasikan.
Contoh :
Itu tidak adil, kami adalah tim dan kami semua harus disalahkan, termasuk bagi mereka yang tidak berpartisipasi dalam pertandingan.


7.3.2 Mengkonkretkan Kata Abstrak
            Kata-kata seperti luas, kaya, besarm tinggi, jauh dan sebaginya bersifat abstrak. Oleh karena itu, agar lebih menarik dan lebih menjelaskan, pernyataan dengan kata-kata itu harus disebutkan angkanya yang konkret, yang dapat diukur dan dibayangkan.
7.3.3 Variasi Pola Kalimat
            Seperti sudah dikemukakan di bab IV sebuah kalimat dasar memiliki pola struktur subjek (S), predikat (P), objek (O) dan keterangan (Ket).
Contoh :
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
    S              P                  O                   K

7.3.4 Variasi Jenis Kalimat
            Jenis-jenis kalimat yang dapat digunakan agar tidak membosankan dan agar kalimat yang digunakan menjadi menarik.
7.3.5 Variasi Konjungsi
            Dengan memvariasikan kata-kata konjungsi ini diharapkan bahasa yang kita gunakan menjadi menarik; dan tidak membosankan.
Contoh :
Fitri pergi ke rumah nela dengan sepeda ATAU berjalan kaki.
7.3.6 Penggunaan Ungkapan, Gaya Bahasa, Eufemisme, dan Disfemisme
            Ungkapan adalah kata atau gabungan kata yang maknanya tidak dapat ditelusuri secara leksikal maupun gramatikal.
            Gaya Bahasa atau style adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa.
            Eufemisme adalah upaya menampilkan bentuk-bentuk kata yang dianggap memiliki makna yang lebih halus atau lebih sopan untuk menggantikan kata-kata yang telah biasa dan dianggap kasar.
            Disfemisme adalah upaya untuk mengganti kata atau ungkapan yang halus dengan kata ungkapan yang bermakna kasar.

Bab 8                                                  Bahasa yang Nalar
Yang dimaksud dengan nalar adalah logis, masuk akal, atau dapat diterima menurut logika. Seorang jurnalis harus dapat menangkap mana ungkapan yang nalar dan mana yang tidak. Ungkapan yang tidak nalar perlu disikapi dengn kritis agar berita yang disajikan betul-betul bermutu dan layak jadi berita.
Salah nalar itu biasanya bersumber dari empat hal, yaitu salah dalam hal:
1.      menarik kesimpulan umum (induksi)
2.      menarik kesimpulan khusus (deduksi)
3.      menarik persamaan (analogi)
4.      memberi alasan (argumen)
Kesimpulan Umum (Induksi)
Kesimpulan umum (induksi) adalah kesimpulan yang ditarik berdasarkan fakta-fakta khusus menjadi sebuah kesimpulan.
Contoh :
Setiap pagi saya selalu bangun terlambat
Saya yakin besok pagi saya akan bangun terlambat lagi

Kesimpulan Khusus (Deduksi)
Kesimpulan khusus (deduksi) ditarik dari satu pernyataan umum (PU) dan satu pernyataan khusus (PK). Pernyataan yang bersifat umum lazim disebut premis mayor dan pernyataan yang bersifat khusus lazim disebut premis monir. Dengan dasar kedua pernyataan ini dihasilkan sebuah kesimpulan deduksi yang logis dan sah.
Contoh :
PU       : Semua orang kaya memiliki mobil
PK       : Jerry orang kaya
Jadi      : Jerry memiliki mobil

Persamaan (Analogi) yang salah
Analogi adalah kesimpulan yang ditsrik dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan satu fakta khusus dengan fakta khusus lain. Kesimpulan berdasarkan analogi ini seringkali menyesatkan karena kedua fakta khusus yang disamakan atau diperbandingkan tidak ada relevansinya.
Contoh :
Pertumbuhan tindak kejahatan korupsi di Indonesia terus bertumbuh pesat. Baru saja ada yang tertangkap sudah muncul banyak tersangka lain yang terus menghebohkan dunia perpolitikan Indonesia. Sama halnya seperti pepatah mati satu tumbuh seribu . Begitulah juga keadaaan tindak korupsi di negara ini yang terus tumbuh pesat dan merugikan banyak orang.

Kesalahan Argumentasi
Argumen adalah alasan untuk membenarkan suatu pernyataan.
Kesalahan dalam memberikan alasan atau argumen, banyak sebabnya. Antara lain :
a.       Alasan yang diberikan tidak mengenai pokok masalah, atau pokok masalah itu ditukar dengan pokok masalah lain.
b.      Alasan yang diberikan bukan mengenai masalahnya, tetapi mengenai pribadi orangnya.
c.       Alasan yang diberikan tidak berdasarkan pendapat ahli di bidangnya.
d.      Alasan yang diberikan berdasarkan pikiran atau pandangan apriori si pembicara atau penulis.
e.       Alasan yang diberikan tidak ada hubungannya dengan masalah pokok.
f.       Alasan yang diberikan sama dengan masalahnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar