Nama : Erika Musrima
NIM : 06121402021
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Mata Kuliah : Bahasa Jurnalistik
Tugas :
Menulis Intisari bab 10 dan 11 pada buku Bahasa Jurnalistik karya Abdul Chaer.
Bab 10: Masalah Bahasa Lainnya
Beberapa
masalah lain yang masih berkaitan dengan bahasa jurnalistik, yaitu tentang
kata-kata penat (tired words), kerancuan (kontaminasi), upaya hemat kata
melalui ejaan, dan masalah bahasa jurnalistik untuk radio dan televise.
Kata penat adalah kaitan dengan kata-kata yang
sangat sering digunakan, sehingga orang bosan membacanya. Kata penat ini lazim
disebut kata-kata klise atau type. Dalam setiap karangan apabila kita
ingin pindah ke paragrap harus ada kata atau ungkapan yang menghubungkanya.
Kata atau ungkapan tersebut tidak boleh sama harus bervariasi sehingga tidak
menimbulkan kebosanan pembaca.
Kerancuan
atau kontaminasi adalah pencampuran dua ungkapan (konstruksi bahasa) yang
terjadi atau dilakukan tanpa disandari, tetapi akibatnya bentuk ungkapan itu
menjadi kacau. Misalnya: a. Misalnya,
ada ungkapan “menundukkan kepala” dan ungkapan “membungkukkan badan” atau
“membungkukkan kepala”. Kedua ungkapan itu menjadi kacau atau rancu. b. ungkapan “untuk sementara waktu” ini rancu,
karena kata sementara sedah bermakna
waktu. Jadi, ungkapan yang seharusnya adalah untuk sementara.
Hemat
kata melalui Ejaan, Rosihan Anwar (1991) punya gagasan bahwa kita dapat
melakukan penghematan melalui ejaan. Namun kita harus berhati-hati karena tidak
mungkin “melakukan” semuanya. Kata syah,
misalnya tidak mungkin dijadikan sah karena kata syah dan sah memiliki makna berbeda. Syah
adalah raja sedangkan sah bermakna
benar. Jika ini dilakukan maka akan semakin jauh dari ragam bahasa formal.
Bahasa
jurnalistik radio dan televisi disampaikan secara lisan. Berita dalam media
radio harus dipahami dan ditangkap secara audial (didengar). Dalam bahasa lisan
yang disiarkan oleh radio tidak ada tanda-tanda baca, melainkan hanya ada
intonasi kalimat, tekanan kata, nada dan aksen. berita dalam media televisi
kita tangkap secara audiovisual.
Sebagaimana dengan berita untuk media cetak, berita untuk radio dan media
televisi juga mengenal unsur 5W+1H.
Berita
untuk media cetak dengan prinsip piramida terbalik, bagian penting biasanya
unsur what dan who ditempatkan di atas, lalu bagian yang kurang penting dibagian
bawah. Dalam bahasa berita untuk media radio bentuk piramida terbalik ini
dihindarkan karena, kalau bahasa tulis dalam surat kabar bias diulang-ulang
membacanya, tetapi bahasa lisan dalam radio tidak bias diulang-ulang
mendengarkannya.
Mark
W. Hall (dalam Rosihan Anwar 1991) mengatakan perbedaan pokok antara
jarnalistik cetak dengan jurnalistik siaran ialah yang pertama ditujukan untuk
mata, sedang yang kedua untuk telinga. Karena itu, dia membedakan antara yang
disebut see copy naska untuk dilihat,
dan hear copy naska untuk didengar. Bahasa
untuk hear copy antara lain, harus: dalam gaya percakapan, dengan
kalimat-kalimat yang pendek dan lugas, menghindari susuna kalimat terbalik,
mengusahakan agar subjek dan predikat letaknya berdekatan.
Bab 7: Memburu dan
Menyajian Berita
Tugas pokok seorang
jrnalistik adalah memburu dan menyajikan berita sampai berita itu tersiarkan
entah melalui media cetak maupun media elektronik. Tugas pertama seorang
wartawan sehari-hari adalah memburu, mencari, atau menemukan berita, dan
tentukan wartawan tersebut harus memiliki kompetensi mencari berita. Tugas
wartawa adalah mengumpulkan fakta-fakta sebanyak-banyaknya yang berkenaan
dengan suatu kejadian atau peristiwa. Cara mengumpulkannya ada dua cara yaitu
dengan observasi dan wawancara.
Cara pertama, observasi dilakukan dengan mendatangi
secara langsung ke TKP (tempat kejadian perkara). Fakta-fakta yang harus
dikumpulkan berkenaan dengan unsur-unsur berita yaitu 5W+1H. Jika waartawan
datang terlambat ke TKP, wartawan tersebut masih bisa mengumpulkan fakta-fakta
dari sumber-sumber yang tahu atau menangani kejadian tersebut sepert saksi
mata, kepolisian, pihak rumah sakit, dan juga keluarga korban. Fakta-fakta yang
dikumpulkan dapat diolah menjadi berita langsung untuk terbit dihari yang sama,
berita ringan, dan berita kisah.
Cara kedua wawancara, apa yang akan diwawancarakan
tergantung dari tujuan berita yang ingin disampaikan. Misalnya kita ingin
mebuat berita kisah tentang kehidupan seorang pedagang gorengan. Fakta-fakta
yang perlu digali adalah siapa si pedagang itu, berapa modal yang dikeluarkan
setiap hari, berapa omzet hasil penjualannya setiap hari, cukup tidak
pendapatannya itu untuk menghidupi keluarganya, sejak kapan menjadi pedagang
gorengan, apakah pernah melakoni perkerjaan lain, suka duka menjadi pedagang
gorengan, bagaimana kalau pada suatu hari tidak habis terjual, dan sebagainya.
Pokoknya kumpulkan fakta sebanyak-banyaknya mengenai pedagang gorengan.
Persoalan kita disini, bagaimana cara menyampaikan
pertanyaan kepada pedangan gorengan itu. Andaikata yang diwawancarai bukan
pedaganng gorengan, melainkan seseorang yang terpelajar, kita bisa saja
mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Siapa
nama Anda (bapak, ibu, saudara)?
2. Berapa
umur Anda?
3. Berapa
pendapatan Anda atau gaji Anda setiap bulan?
4. Berapa
usia anak Anda yang tertua?
5. Hobi
Anda apa?
6. Apa
suka duka Anda dalam pekerjaan Anda sehari-hari?
7. Apa
harapan Anda untuk masa depan ayng akan dating?
Pertanyaan-pertanyaan denga mudah akan mudah dijawab
oleh oaring berpendidikan cukup dan menduduki jabatan atau pekerjaan yang cukup
baik. Namun, bagi orang sekelas tukang gorengan di pinggir jalan adalah sangat
sukar untuk menjawabnya. Oleh karena itu, formulasi pertanyaan harus diubah,
dengan cara lain.
Fakta-fakta yang sudah terkumpul, baik dalam catatan
di kertas maupun dalam bentuk rekaman, harus diolah, disajikan menjadi naskah
berita yang akan dicetak atau dimuat dalam surat kabar atau majalah. Dalam
penyusunan naskah berita, pertama-tama kita rumuskan dulu judul berita.
Misalnya mengenai tabrakan busway dengan sepeda motor di atas dapat kita
rumuskan dulu beberapa judul alternative. Misalnya: 1.Tabrakan busway dan
sepeda motor, 2. Lagi-lagi busway minta
korban, 3.Kurang hati-hati membelok dihajar busway, 4. Korban terpental luka
parah
Judul (1) tampaknya judul biasa karena hanya
menonjolkan untuk what-nya. Jadi,
tidak menarik. Judul (2) dibuat karena diingat sebelumnya telah banyak korban
tabrakan dengan busway. Judul ini menonjolkan who-nya dari busway. Cukup menarik. Judul (3) menonjolkan who-nya dari pihak pengendara sepeda
motor. Judul ini juga menarik tetapi kalimat terlalu panjang karena dilengkapi
dengan keterangan sebab. Judul yang terlalu panjang lazim dianggap kurang
baik.kemudian judul (4) menonjolkan unsure who-nya
dari pihak pengendara sepeda motor. Cukup bagus dan menarik serta cukup
singkat.
Sebagai teras berita, paragraf
pertama harus dibuat singkat, tetapi menarik dan memuat unsur berita yang
lengkap (kalau mungkin). Setelah paragraf pertama yang merupakan teras berita
dan berisi intisari berita, dapat dilanjutkan dengan paragraf-paragraf
berikutnya.
Antara paragraf yang satu dengan yang lainnya, yang
berikutnya harus ada keterkaitan, ada penghubung yang ada di dalam penulisan berita
dinamakan soal transition atau
pengalihan. Misalnya, jika dua paragraf menyatakan hubungan sebab-akibat, maka
salah satu dari konjungsi antarparagraf berikut dapat digunakan, 1. Dengan
demikian, 2. Oleh karena itu, 3.Karena itu, 4.Oleh sebab itu, 5.Akibatnya,
Bila kita menyebutkan sejumlah pasal, maka kita
dapat mempertautkannya dengan menggunakan ungkapan-ungkapan atau penyambung
berikut. Missal: Ada dua pasal yang menyongkong gagasan ini…
Paragraf yang merupakan urutan kejadian dapat
disambung dan dibuat lebih jelas dengan ungkapan-ungkapan berikut, 1. Keesokan
harinya, 2. Setelah beberapa saat, 3. Langkah berikut. Dua paragraf yang isinya
menyatakan kontras dapat dihubungkan dengan kata-kata atau ungkapan: 1. Namun
demikian, 2. Sebaliknya, 4. Sedangkan, 5. Di pihak lain
Bila paragraf berikutnya kesimpulan dapat digunakan
ungkapan-ungkapan berikut.
1. Semua
kejadia ini membawa kita kepada
2. Jadi,
dapat disimpulkan
3. Akhirnya
bisa dikatakan
Kompetisi
untuk dapat memburu fakta-fakta berita dan dapat menyajikan naskah-naskah
berita tidak bisa diperoleh secara instan, tetapi harus dilakukan dengan
latihan atau kerja terus menerus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar