Senin, 12 Mei 2014

Nama              : Erika Musrima
NIM                : 06121402021
Prodi               : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Mata Kuliah   : Bahasa Jurnalistik
Tugas         : Menulis Intisari bab 10 dan 11 pada buku Bahasa Jurnalistik karya  Abdul Chaer.

Bab 10: Masalah Bahasa Lainnya
            Beberapa masalah lain yang masih berkaitan dengan bahasa jurnalistik, yaitu tentang kata-kata penat (tired words), kerancuan (kontaminasi), upaya hemat kata melalui ejaan, dan masalah bahasa jurnalistik untuk radio dan televise.
Kata penat adalah kaitan dengan kata-kata yang sangat sering digunakan, sehingga orang bosan membacanya. Kata penat ini lazim disebut kata-kata klise atau type. Dalam setiap karangan apabila kita ingin pindah ke paragrap harus ada kata atau ungkapan yang menghubungkanya. Kata atau ungkapan tersebut tidak boleh sama harus bervariasi sehingga tidak menimbulkan kebosanan pembaca.
Kerancuan atau kontaminasi adalah pencampuran dua ungkapan (konstruksi bahasa) yang terjadi atau dilakukan tanpa disandari, tetapi akibatnya bentuk ungkapan itu menjadi kacau. Misalnya: a. Misalnya, ada ungkapan “menundukkan kepala” dan ungkapan “membungkukkan badan” atau “membungkukkan kepala”. Kedua ungkapan itu menjadi kacau atau rancu. b. ungkapan “untuk sementara waktu” ini rancu, karena kata sementara sedah bermakna waktu. Jadi, ungkapan yang seharusnya adalah untuk sementara.
Hemat kata melalui Ejaan, Rosihan Anwar (1991) punya gagasan bahwa kita dapat melakukan penghematan melalui ejaan. Namun kita harus berhati-hati karena tidak mungkin “melakukan” semuanya. Kata syah, misalnya tidak mungkin dijadikan sah karena kata syah dan sah memiliki makna berbeda. Syah adalah raja sedangkan sah bermakna benar. Jika ini dilakukan maka akan semakin jauh dari ragam bahasa formal.
Bahasa jurnalistik radio dan televisi disampaikan secara lisan. Berita dalam media radio harus dipahami dan ditangkap secara audial (didengar). Dalam bahasa lisan yang disiarkan oleh radio tidak ada tanda-tanda baca, melainkan hanya ada intonasi kalimat, tekanan kata, nada dan aksen. berita dalam media televisi kita tangkap secara audiovisual. Sebagaimana dengan berita untuk media cetak, berita untuk radio dan media televisi juga mengenal unsur 5W+1H.
Berita untuk media cetak dengan prinsip piramida terbalik, bagian penting biasanya unsur what dan who ditempatkan di atas, lalu bagian yang kurang penting dibagian bawah. Dalam bahasa berita untuk media radio bentuk piramida terbalik ini dihindarkan karena, kalau bahasa tulis dalam surat kabar bias diulang-ulang membacanya, tetapi bahasa lisan dalam radio tidak bias diulang-ulang mendengarkannya.
Mark W. Hall (dalam Rosihan Anwar 1991) mengatakan perbedaan pokok antara jarnalistik cetak dengan jurnalistik siaran ialah yang pertama ditujukan untuk mata, sedang yang kedua untuk telinga. Karena itu, dia membedakan antara yang disebut see copy naska untuk dilihat, dan hear copy naska untuk didengar. Bahasa untuk hear copy antara lain, harus: dalam gaya percakapan, dengan kalimat-kalimat yang pendek dan lugas, menghindari susuna kalimat terbalik, mengusahakan agar subjek dan predikat letaknya berdekatan.

Bab 7: Memburu dan Menyajian Berita
            Tugas pokok seorang jrnalistik adalah memburu dan menyajikan berita sampai berita itu tersiarkan entah melalui media cetak maupun media elektronik. Tugas pertama seorang wartawan sehari-hari adalah memburu, mencari, atau menemukan berita, dan tentukan wartawan tersebut harus memiliki kompetensi mencari berita. Tugas wartawa adalah mengumpulkan fakta-fakta sebanyak-banyaknya yang berkenaan dengan suatu kejadian atau peristiwa. Cara mengumpulkannya ada dua cara yaitu dengan observasi dan wawancara.
Cara pertama, observasi dilakukan dengan mendatangi secara langsung ke TKP (tempat kejadian perkara). Fakta-fakta yang harus dikumpulkan berkenaan dengan unsur-unsur berita yaitu 5W+1H. Jika waartawan datang terlambat ke TKP, wartawan tersebut masih bisa mengumpulkan fakta-fakta dari sumber-sumber yang tahu atau menangani kejadian tersebut sepert saksi mata, kepolisian, pihak rumah sakit, dan juga keluarga korban. Fakta-fakta yang dikumpulkan dapat diolah menjadi berita langsung untuk terbit dihari yang sama, berita ringan, dan berita kisah.
Cara kedua wawancara, apa yang akan diwawancarakan tergantung dari tujuan berita yang ingin disampaikan. Misalnya kita ingin mebuat berita kisah tentang kehidupan seorang pedagang gorengan. Fakta-fakta yang perlu digali adalah siapa si pedagang itu, berapa modal yang dikeluarkan setiap hari, berapa omzet hasil penjualannya setiap hari, cukup tidak pendapatannya itu untuk menghidupi keluarganya, sejak kapan menjadi pedagang gorengan, apakah pernah melakoni perkerjaan lain, suka duka menjadi pedagang gorengan, bagaimana kalau pada suatu hari tidak habis terjual, dan sebagainya. Pokoknya kumpulkan fakta sebanyak-banyaknya mengenai pedagang gorengan.
Persoalan kita disini, bagaimana cara menyampaikan pertanyaan kepada pedangan gorengan itu. Andaikata yang diwawancarai bukan pedaganng gorengan, melainkan seseorang yang terpelajar, kita bisa saja mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.     Siapa nama Anda (bapak, ibu, saudara)?
2.     Berapa umur Anda?
3.     Berapa pendapatan Anda atau gaji Anda setiap bulan?
4.     Berapa usia anak Anda yang tertua?
5.     Hobi Anda apa?
6.     Apa suka duka Anda dalam pekerjaan Anda sehari-hari?
7.     Apa harapan Anda untuk masa depan ayng akan dating?
Pertanyaan-pertanyaan denga mudah akan mudah dijawab oleh oaring berpendidikan cukup dan menduduki jabatan atau pekerjaan yang cukup baik. Namun, bagi orang sekelas tukang gorengan di pinggir jalan adalah sangat sukar untuk menjawabnya. Oleh karena itu, formulasi pertanyaan harus diubah, dengan cara lain.
Fakta-fakta yang sudah terkumpul, baik dalam catatan di kertas maupun dalam bentuk rekaman, harus diolah, disajikan menjadi naskah berita yang akan dicetak atau dimuat dalam surat kabar atau majalah. Dalam penyusunan naskah berita, pertama-tama kita rumuskan dulu judul berita. Misalnya mengenai tabrakan busway dengan sepeda motor di atas dapat kita rumuskan dulu beberapa judul alternative. Misalnya: 1.Tabrakan busway dan sepeda motor,  2. Lagi-lagi busway minta korban, 3.Kurang hati-hati membelok dihajar busway, 4. Korban terpental luka parah
Judul (1) tampaknya judul biasa karena hanya menonjolkan untuk what-nya. Jadi, tidak menarik. Judul (2) dibuat karena diingat sebelumnya telah banyak korban tabrakan dengan busway. Judul ini menonjolkan who-nya dari busway. Cukup menarik. Judul (3) menonjolkan who-nya dari pihak pengendara sepeda motor. Judul ini juga menarik tetapi kalimat terlalu panjang karena dilengkapi dengan keterangan sebab. Judul yang terlalu panjang lazim dianggap kurang baik.kemudian judul (4) menonjolkan unsure who-nya dari pihak pengendara sepeda motor. Cukup bagus dan menarik serta cukup singkat.
            Sebagai teras berita, paragraf pertama harus dibuat singkat, tetapi menarik dan memuat unsur berita yang lengkap (kalau mungkin). Setelah paragraf pertama yang merupakan teras berita dan berisi intisari berita, dapat dilanjutkan dengan paragraf-paragraf berikutnya.
Antara paragraf yang satu dengan yang lainnya, yang berikutnya harus ada keterkaitan, ada penghubung yang ada di dalam penulisan berita dinamakan soal transition atau pengalihan. Misalnya, jika dua paragraf menyatakan hubungan sebab-akibat, maka salah satu dari konjungsi antarparagraf berikut dapat digunakan, 1. Dengan demikian, 2. Oleh karena itu, 3.Karena itu, 4.Oleh sebab itu, 5.Akibatnya,
Bila kita menyebutkan sejumlah pasal, maka kita dapat mempertautkannya dengan menggunakan ungkapan-ungkapan atau penyambung berikut. Missal: Ada dua pasal yang menyongkong gagasan ini…
Paragraf yang merupakan urutan kejadian dapat disambung dan dibuat lebih jelas dengan ungkapan-ungkapan berikut, 1. Keesokan harinya, 2. Setelah beberapa saat, 3. Langkah berikut. Dua paragraf yang isinya menyatakan kontras dapat dihubungkan dengan kata-kata atau ungkapan: 1. Namun demikian, 2. Sebaliknya, 4. Sedangkan, 5. Di pihak lain
Bila paragraf berikutnya kesimpulan dapat digunakan ungkapan-ungkapan berikut.
1.     Semua kejadia ini membawa kita kepada
2.     Jadi, dapat disimpulkan
3.     Akhirnya bisa dikatakan
Kompetisi untuk dapat memburu fakta-fakta berita dan dapat menyajikan naskah-naskah berita tidak bisa diperoleh secara instan, tetapi harus dilakukan dengan latihan atau kerja terus menerus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar