Nama : Tri Intan Pratiwi

NIM : 06121402015
Bahasa
Jurnalistik
Intisari Bab
10-11
Bab
10. Masalah Bahasa Lainnya
Dalam bahasa jurnalistik, ada empat buah masalah mengenai
bahasa yang tak lain masih berkaitan yakni tentang kata-kata penat atau tired words, kerancuan atau kontaminasi,
upaya hemat kata melalui ejaan, dan masalah bahasa jurnalistik untuk radio dan
televisi.
1.
Kata penat
Istilah
yang dikembangkan Rosihan Anwar (1991) untuk padanan kata Inggris tired words, yakni berkaitan dengan
kata-kata yang sangat sering digunakan sehingga orang bosan membacanya dan
sering menjadi penat dan letih dibuatnya. Kata penat ini lazim dsebut kata-kata
klise atau stereo type.
Rosihan
Anwar dalam bukunya Ihwal Jurnalistik (1974) memberi contoh kata “da;am rangka”
sebagai kata penat. Disebutkannya dalam bulletin KNI No. 463/A, Rabu, 17 April
1968, termuat 23 buah berita dalam negeri. Dari lima buah beritanya terdapat
sejumlah kata “dalam rangka itu”. Lebih hebat lagi kata “dalam rangka”
digunakan pada teras berita, yakni.
(1)
Dalam rangka meningkatakan mutu dari para
kader-kader social, maka Departemn Sosial dalam waktu dekat ini…..dst
(2)
Dalam rangka usaha meningkatkan dan kesadaran
rasa tanggungjawab masyarakat di wilayah Irian Barat…..dst
Kalau
kata penat “dalam rangka” banyak digunakan pada paragraf pertama dari suatu
berita maka ada sejumlah kata penat yang
digunakan pada paragraf-paragraf berikut.
(1)
sementara
itu
(2)
dalam
pada itu
(3)
perlu
diketahui, dsb
Disinilah
fungsinya kita membuat kevariasian dalam menggunakan kata-kata atau
ungkapan-ungkapan yang berbeda.
2.
Kerancuan
atau Kontaminasi
Pencampuran
dua ungkapan (konstruksi bahasa) yang terjadi atau dilakukan tanpa disadari,
tetapi akibatnya bentuk ungkapan itu menjadi kacau. Misalnya, ada ungkapan
“menundukkan kepala” dan ungkapan “membungkukkan badan” yang makna keduanya
hampir sama, lalu digabungkan menjadi “menundukkan badan” atau “membungkukkan
kepala”. Contoh kontaminasi lain yang harus dihindarkan, yakni.
(1)
untuk
sementara waktu
Ungkapan
di atas rancu, karena pada kata sementara
sudah terkandung makna ‘waktu’. Jadi, ungkapan yang seharusnya adalah untuk sementara atau untuk beberapa waktu.
(2)
selain
daripada itu
Menurut
Rosihan Anwar (1991), ungkapan ini rancu. Mestinya selain itu atau lain daripada
itu yang maknanya memang sama
(3)
agar
supaya
Ungkapan
ini sama kasusnya dengan ungkapan demi
untuk, karena kata agar dan kata supaya sama maknanya. Jadi, gunakan saya
agar atau kata supaya. Jangan keduanya sekaligus digunakan karena mibazir.
Ke
dalam masalah kontaminasi termasuk juga masalah “kelebihan kata” di dalam
kalimat seperti diberikan pada contoh berikut.
(4)
Menurut sumber …. di Kejaksaan Tinggi Jakarta
Selatan Jumat pagi menyatakan bahwa dari hasil pemeriksaan kedua pejabat
tersebut….
(5)
Dari perguruan tinggi swasta ini banyak
menghasilkan sarjana-sarjana yang hebat
Dengan
digunakannya kata menurut pada awal kalimat, kalimat itu menjadi “kelebihan
kata”. Seharusnya kata menurut ditanggalkan saja, sehingga kalimat itu menjadi.
(4a) Sumber …. di Kejaksaan Tinggi
Jakarta Selatan Jumat pagi menyatakan bahwa dari hasil pemeriksaan kedua
pejabat tersebut….
(5a) perguruan tinggi swasta ini
banyak menghasilkan sarjana-sarjana yang hebat
3.
Hemat
Kata Melalui Ejaan
Rosihan
Anwar (1991) punya gagasan bahwa kita dapat melakukan penghematan melalui
ejaan. Contoh yang diberikan adalah penulisan kata.
hadlir
menjadi hadir
bathin
menjadi batin
mitsal
menjadi misal
syah
menjadi sah
syukur
menjadi sukur
Kalau gagasan itu dilaksankan dalam
penulisan berita, memang telah banyak melakukan penghematan tempat dalam surat
kabar atau terbitan perslainnya. Namun, kita pun harus berhati-hati karena kita
tidak mungkin memperlakukan semuanya. Kata syah,
misalnya, tidak mungkin dijadikan sah
karena kata syah dan sah memiliki makna yang berbeda. Syah adalah ‘raja’ sedangkan sah bermakna ‘benar’, sebagai lawan
dari kata tidak benar atau tidak berlaku.
4.
Bahasa
Jurnalistik Radio dan Televisi
Sebagaimana dengan berita untuk media
cetak, berita untuk radio, dan media televisi juga mengenal unsur 5W+1H, yaitu
unsur what, who, when, where, why, dan how. Berita untuk media cetak dengan prinsip piramida terbalik.
Artinya bagian penting, biasanya tentang what
dan who ditempatkan di sebelah atas.
Bagian yang kurang penting di bawah, dan bagian yang tidak penting di bawahnya
lagi.
Dalam bahasa berita untuk media radio
bentuk piramida terbalik ini dihindarkan, karena kalau bahasa tulis dalam surat
kabar bisa diulang-ulang membacanya, tetapi bahasa lisan dalam siaran radio
tidak bisa diulang-ulang mendengarkannya. Hanya untungnya siaran berita radio
itu selalu diulang-ulang setiap jam, begitu juga dengan siaran berita di
teevisi. Namun, pengulangan suatu berita pun ada batasnya. Berita yang sudah
beberapa kali disiarkan tidak diulang lagi karena ada berita yang baru lagi.
Mark. W. Hall (dalam Rosihan Anwar, 1991)
mengatakan perbedaan pokok antara jurnalistik cetak dan jurnalistik siaran
ialah yang pertama ditujukan untuk mata, sedangkan yang kedua untuk telinga.
Membedakan antara yang disebut see copy
naskah untuk dilihat, dan hear copy
naskah untuk didengar. Bahasa untuk hear
copy, yakni.
(a) dalam
gaya percakapan (conversational style)
(b) dengan
kalimat-kalimat yang pendek dan lugas atau to
the point
(c) menghindarkan
susunan kalimat terbalik (inverted sentence)
(d) mengusahakan
agar subjek dan predikat letaknya berdekatan
Contoh
kalimat terbalik yang boleh digunakan dalam see
copy, yakni.
(1)
Tidak
akan ada lagi bahaya banjir untuk lima tahun mendatang di daerah DKI Jaya,
demikian diterangkan oleh Kepala Proyek Banjir DKI Drs ABC
Maka
dalam hear copy susunan kalimat di atas harus dibalik menjadi kalimat berikut.
(2)
Kepala
Proyek Banjir DKI Jaya Dr ABC mengatakan bahwa tidak akan ada lagi bahaya
banjir di daerah Jakarta untuk lima tahun mendatang
Mengenai bahasa berita televise ini
Suwardi Idris (1978) member pedoman, bahwa bahasa berita televisi hendaknya.
(a) sederhana,
tidak bercampur aduk dengan kata-kata asing atau kata-kata yang tidak dikenal
penonton
(b) menggunakan
kalimat-kalimat pendek langsung kepada sasaran, tidak berbelit-belit
(c) menghindarkan
pemakaian kalimat terbalik (inverted sentence)
(d) mengusahakan
agar subjek dan predikat letaknya berdekatan, misalnya.
(1)
Direktur
PT Api Nyala Terang, Doktorandus XYS telah ditahan kemarin. Sebelumnya,
Doktorandus XYS telah menolak panggilan polisi untuk didengar keterangannya
sehubungan dengan keterlibatannya dalam penyelundupan obat bius lewat pelabuhan
Tanjung Priok
(e) nilai-nilai
dalam mata uang asing, takaran, dan timbangan hendaknya diberi pandanan dengan
berlaku di Indonesia
(f) memberi
penjelasan secukupnya tentang benda-benda ata kata-kata asing yang terpaksa
digunakan dalam siaran berita televisi
(g) kalimat
panjang yang mungkin dapat disajikan dalam media cetak sebaiknya dibagi-bagi
menjadi beberapa kalimat pendek dan kalau perlu susunannya diubah sehingga
subjek dan predikat jelas posisinya.
Kalimat dalam berita televisi harus
singkat agar pendengar tidak lelah mendengarkan kalimat-kalimat yang panjang
dan tidak ada kemungkinan untuk mendengar ulang yang berbeda dengan berita
dalam media cetak dapat diulang.
Bab
11. Memburu dan Menyajikan Berita
Tugas pokok jurnalistik adalah memburu dan menyajikan
berita sampai berita itu tersiarkan baik melalui media cetak maupun media
elektronik.
1.
Memburu
Berita
Tugas utama seorang wartawan sehari-hari
adalah memburu, mencari, atau menemukan berita. Untuk tugas ini wartawan harus
memiliki satu kompetensi, yaitu kompetensi mencari berita. Tugas wartawan harus
mengumpulkan fakta sebanyak-banyaknya yang berkenaan dengan kejadian atau
peristiwa itu melalui cara observasi dan
wawancara. Fakta-fakta yang
dikumpulkan tersebut harus berkenaan dengan unsur 5W+1H.
Pada
zaman orde baru wartawan tidak perlu susah-susah mengumpulkan fakta-fakta untuk
diramu menjadi suatu berita karena berita yang akan disajikan sudah tersedia di
kantor atau lembaga-lembaga yang disediakan berupa press release. Namun, pada zaman sekarang para wartawan harus
bekerja sendiri untuk mengumpulkan fakta-fakta untuk dijadikan berita.
2.
Menyajikan
Berita
Fakta-fakta yang sudah terkumpul, baik
dalam catatan di kertas maupun dalam bentuk rekaman, harus diolah, disajikan
menjadi naskah berita yang akan dicetak atau dimuat dalam surat kabar atay
majalah.
Dalam penyusunan naskah berita, pertama
kita rumuskan dulu judul berita. Selanjutnya kita menyusun paragraf pertama
yang merupakan teras berita, berisi “sari” dari isi berita. Artinya, di dalam
paragraf pertama itu sudah disebutkan unsur 5W+1H atau salah satu dari
unsurnya. Sebagai teras berita, paragraf pertama harus dibuat singkat, tetapi
menarik dan memuat unsur berita. Kata-kata yang dipilih pun harus semenarik
mungkin.
Setelah paragraf pertama yang merupakan
teras berita dan berisi intisari berita, dapat dilanjutkan dengan
paragraf-paragraf berikutnya. Setiap paragraf berisi satu pokok gagasan yang
diungkapkan dalam satu kalimat utama, dilengkapi dengan kalimat-kalimat lain
yang berisi pikiran penjelas terhadap gagasan utama.
Antara paragraf satu dengan yang lainnya
atau yang berikutnya harus ada keterkaitan, ada penghubungan yang di dalam
penulisan berita dinamakan soal transition
atau peralihan. Misalnya, jika dua paragraf menyatakan hubungan sebab akibat,
maka salah satu daro konjungsi antarparagraf berikut dapat digunakan.
(1)
–
Dengan demikian,
–
Oleh karena itu, dan lain-lain
Bila kita menyebutkan sejumlah pasal,
maka kita dapat mempertautkannya dengan menggunakan ungkapan-ungkapan atau
penyambung berikut.
(2)
–
Ada dua pasal yang menyokong gagasan ini ……
–
Contoh-contoh daripada kebiasaanmu ……
–
Gambaran-gambara lain dapat ditemukan …..
Paragraf yang merupakan urutan
kejadian dapat disambung dan dibuat lebih jelas dengan ungkapan-ungkapan
berikut.
(3)
–
Keesokkan harinya …..
–
Setelah beberapa saat ….
–
Langkah beirkut ….., dan lain-lain
Dua paragraf yang isinya meyatakan
kontras dapat dihubungkan dengan kata-kata ungkapan.
(4)
–
Namun demikian …..
–
Sebaliknya ….
–
Sedangkan ….., dan lain-lain
Bila paragraf berikutnya merupakan
kesimpulan dapat digunakan ungkapan-ungkapan berikut.
(5)
–
Semua kejadian ini membawa kita kepada ….
–
Jadi, dapat disimpulkan ….
–
Akhirnya bisa dikatakan ……
Kompetensi untuk dapat memburu
fakta-fakta berita dan dapat menyajikan naskah-naskah berita tidak bisa
diperoleh secara instan, tetapi harus dilakukan dengan latihan atau kerja terus
menerus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar