Senin, 12 Mei 2014

INTISARI BAB 10-11

Nama : Tri Intan Pratiwi
NIM   : 06121402015


Bahasa Jurnalistik
Intisari Bab 10-11

Bab 10. Masalah Bahasa Lainnya
            Dalam bahasa jurnalistik, ada empat buah masalah mengenai bahasa yang tak lain masih berkaitan yakni tentang kata-kata penat atau tired words, kerancuan atau kontaminasi, upaya hemat kata melalui ejaan, dan masalah bahasa jurnalistik untuk radio dan televisi.
1.      Kata penat
Istilah yang dikembangkan Rosihan Anwar (1991) untuk padanan kata Inggris tired words, yakni berkaitan dengan kata-kata yang sangat sering digunakan sehingga orang bosan membacanya dan sering menjadi penat dan letih dibuatnya. Kata penat ini lazim dsebut kata-kata klise atau stereo type.
Rosihan Anwar dalam bukunya Ihwal Jurnalistik (1974) memberi contoh kata “da;am rangka” sebagai kata penat. Disebutkannya dalam bulletin KNI No. 463/A, Rabu, 17 April 1968, termuat 23 buah berita dalam negeri. Dari lima buah beritanya terdapat sejumlah kata “dalam rangka itu”. Lebih hebat lagi kata “dalam rangka” digunakan pada teras berita, yakni.
(1)   Dalam rangka meningkatakan mutu dari para kader-kader social, maka Departemn Sosial dalam waktu dekat ini…..dst
(2)   Dalam rangka usaha meningkatkan dan kesadaran rasa tanggungjawab masyarakat di wilayah Irian Barat…..dst
Kalau kata penat “dalam rangka” banyak digunakan pada paragraf pertama dari suatu berita maka ada sejumlah  kata penat yang digunakan pada paragraf-paragraf berikut.
(1)   sementara itu
(2)   dalam pada itu
(3)   perlu diketahui, dsb
Disinilah fungsinya kita membuat kevariasian dalam menggunakan kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang berbeda.
2.      Kerancuan atau Kontaminasi
Pencampuran dua ungkapan (konstruksi bahasa) yang terjadi atau dilakukan tanpa disadari, tetapi akibatnya bentuk ungkapan itu menjadi kacau. Misalnya, ada ungkapan “menundukkan kepala” dan ungkapan “membungkukkan badan” yang makna keduanya hampir sama, lalu digabungkan menjadi “menundukkan badan” atau “membungkukkan kepala”. Contoh kontaminasi lain yang harus dihindarkan, yakni.
(1)   untuk sementara waktu
Ungkapan di atas rancu, karena pada kata sementara sudah terkandung makna ‘waktu’. Jadi, ungkapan yang seharusnya adalah untuk sementara atau untuk beberapa waktu.  
(2)   selain daripada itu
Menurut Rosihan Anwar (1991), ungkapan ini rancu. Mestinya selain itu atau lain daripada itu yang maknanya memang sama  
(3)   agar supaya
Ungkapan ini sama kasusnya dengan ungkapan demi untuk, karena kata agar dan kata supaya sama maknanya. Jadi, gunakan saya agar atau kata supaya. Jangan keduanya sekaligus digunakan karena mibazir.
Ke dalam masalah kontaminasi termasuk juga masalah “kelebihan kata” di dalam kalimat seperti diberikan pada contoh berikut.
(4)   Menurut sumber …. di Kejaksaan Tinggi Jakarta Selatan Jumat pagi menyatakan bahwa dari hasil pemeriksaan kedua pejabat tersebut….
(5)   Dari perguruan tinggi swasta ini banyak menghasilkan sarjana-sarjana yang hebat
Dengan digunakannya kata menurut pada awal kalimat, kalimat itu menjadi “kelebihan kata”. Seharusnya kata menurut ditanggalkan saja, sehingga kalimat itu menjadi.
(4a) Sumber …. di Kejaksaan Tinggi Jakarta Selatan Jumat pagi menyatakan bahwa dari hasil pemeriksaan kedua pejabat tersebut….
(5a) perguruan tinggi swasta ini banyak menghasilkan sarjana-sarjana yang hebat
3.      Hemat Kata Melalui Ejaan
Rosihan Anwar (1991) punya gagasan bahwa kita dapat melakukan penghematan melalui ejaan. Contoh yang diberikan adalah penulisan kata.
hadlir menjadi hadir
bathin menjadi batin
mitsal menjadi misal
syah menjadi sah
syukur menjadi sukur

Kalau gagasan itu dilaksankan dalam penulisan berita, memang telah banyak melakukan penghematan tempat dalam surat kabar atau terbitan perslainnya. Namun, kita pun harus berhati-hati karena kita tidak mungkin memperlakukan semuanya. Kata syah, misalnya, tidak mungkin dijadikan sah karena kata syah dan sah memiliki makna yang berbeda. Syah adalah ‘raja’ sedangkan sah bermakna ‘benar’, sebagai lawan dari kata tidak benar atau tidak berlaku.

4.      Bahasa Jurnalistik Radio dan Televisi
Sebagaimana dengan berita untuk media cetak, berita untuk radio, dan media televisi juga mengenal unsur 5W+1H, yaitu unsur what, who, when, where, why, dan how. Berita untuk media cetak dengan prinsip piramida terbalik. Artinya bagian penting, biasanya tentang what dan who ditempatkan di sebelah atas. Bagian yang kurang penting di bawah, dan bagian yang tidak penting di bawahnya lagi.
Dalam bahasa berita untuk media radio bentuk piramida terbalik ini dihindarkan, karena kalau bahasa tulis dalam surat kabar bisa diulang-ulang membacanya, tetapi bahasa lisan dalam siaran radio tidak bisa diulang-ulang mendengarkannya. Hanya untungnya siaran berita radio itu selalu diulang-ulang setiap jam, begitu juga dengan siaran berita di teevisi. Namun, pengulangan suatu berita pun ada batasnya. Berita yang sudah beberapa kali disiarkan tidak diulang lagi karena ada berita yang baru lagi.
Mark. W. Hall (dalam Rosihan Anwar, 1991) mengatakan perbedaan pokok antara jurnalistik cetak dan jurnalistik siaran ialah yang pertama ditujukan untuk mata, sedangkan yang kedua untuk telinga. Membedakan antara yang disebut see copy naskah untuk dilihat, dan hear copy naskah untuk didengar. Bahasa untuk hear copy, yakni.
(a)    dalam gaya percakapan (conversational style)
(b)   dengan kalimat-kalimat yang pendek dan lugas atau to the point
(c)    menghindarkan susunan kalimat terbalik (inverted sentence)
(d)   mengusahakan agar subjek dan predikat letaknya berdekatan

Contoh kalimat terbalik yang boleh digunakan dalam see copy, yakni.
(1)   Tidak akan ada lagi bahaya banjir untuk lima tahun mendatang di daerah DKI Jaya, demikian diterangkan oleh Kepala Proyek Banjir DKI Drs ABC
Maka dalam hear copy susunan kalimat di atas harus dibalik menjadi kalimat berikut.
(2)   Kepala Proyek Banjir DKI Jaya Dr ABC mengatakan bahwa tidak akan ada lagi bahaya banjir di daerah Jakarta untuk lima tahun mendatang
Mengenai bahasa berita televise ini Suwardi Idris (1978) member pedoman, bahwa bahasa berita televisi hendaknya.
(a)    sederhana, tidak bercampur aduk dengan kata-kata asing atau kata-kata yang tidak dikenal penonton
(b)   menggunakan kalimat-kalimat pendek langsung kepada sasaran, tidak berbelit-belit
(c)    menghindarkan pemakaian kalimat terbalik (inverted sentence)
(d)   mengusahakan agar subjek dan predikat letaknya berdekatan, misalnya.
(1)   Direktur PT Api Nyala Terang, Doktorandus XYS telah ditahan kemarin. Sebelumnya, Doktorandus XYS telah menolak panggilan polisi untuk didengar keterangannya sehubungan dengan keterlibatannya dalam penyelundupan obat bius lewat pelabuhan Tanjung Priok
(e)    nilai-nilai dalam mata uang asing, takaran, dan timbangan hendaknya diberi pandanan dengan berlaku di Indonesia
(f)    memberi penjelasan secukupnya tentang benda-benda ata kata-kata asing yang terpaksa digunakan dalam siaran berita televisi
(g)   kalimat panjang yang mungkin dapat disajikan dalam media cetak sebaiknya dibagi-bagi menjadi beberapa kalimat pendek dan kalau perlu susunannya diubah sehingga subjek dan predikat jelas posisinya.
Kalimat dalam berita televisi harus singkat agar pendengar tidak lelah mendengarkan kalimat-kalimat yang panjang dan tidak ada kemungkinan untuk mendengar ulang yang berbeda dengan berita dalam media cetak dapat diulang.
Bab 11. Memburu dan Menyajikan Berita
            Tugas pokok jurnalistik adalah memburu dan menyajikan berita sampai berita itu tersiarkan baik melalui media cetak maupun media elektronik.
1.      Memburu Berita
Tugas utama seorang wartawan sehari-hari adalah memburu, mencari, atau menemukan berita. Untuk tugas ini wartawan harus memiliki satu kompetensi, yaitu kompetensi mencari berita. Tugas wartawan harus mengumpulkan fakta sebanyak-banyaknya yang berkenaan dengan kejadian atau peristiwa itu melalui cara observasi dan wawancara. Fakta-fakta yang dikumpulkan tersebut harus berkenaan dengan unsur 5W+1H.
Pada zaman orde baru wartawan tidak perlu susah-susah mengumpulkan fakta-fakta untuk diramu menjadi suatu berita karena berita yang akan disajikan sudah tersedia di kantor atau lembaga-lembaga yang disediakan berupa press release. Namun, pada zaman sekarang para wartawan harus bekerja sendiri untuk mengumpulkan fakta-fakta untuk dijadikan berita.
2.      Menyajikan Berita
Fakta-fakta yang sudah terkumpul, baik dalam catatan di kertas maupun dalam bentuk rekaman, harus diolah, disajikan menjadi naskah berita yang akan dicetak atau dimuat dalam surat kabar atay majalah.
Dalam penyusunan naskah berita, pertama kita rumuskan dulu judul berita. Selanjutnya kita menyusun paragraf pertama yang merupakan teras berita, berisi “sari” dari isi berita. Artinya, di dalam paragraf pertama itu sudah disebutkan unsur 5W+1H atau salah satu dari unsurnya. Sebagai teras berita, paragraf pertama harus dibuat singkat, tetapi menarik dan memuat unsur berita. Kata-kata yang dipilih pun harus semenarik mungkin.
Setelah paragraf pertama yang merupakan teras berita dan berisi intisari berita, dapat dilanjutkan dengan paragraf-paragraf berikutnya. Setiap paragraf berisi satu pokok gagasan yang diungkapkan dalam satu kalimat utama, dilengkapi dengan kalimat-kalimat lain yang berisi pikiran penjelas terhadap gagasan utama.
Antara paragraf satu dengan yang lainnya atau yang berikutnya harus ada keterkaitan, ada penghubungan yang di dalam penulisan berita dinamakan soal transition atau peralihan. Misalnya, jika dua paragraf menyatakan hubungan sebab akibat, maka salah satu daro konjungsi antarparagraf berikut dapat digunakan.
(1)   – Dengan demikian,
– Oleh karena itu, dan lain-lain
Bila kita menyebutkan sejumlah pasal, maka kita dapat mempertautkannya dengan menggunakan ungkapan-ungkapan atau penyambung berikut.
(2)   – Ada dua pasal yang menyokong gagasan ini ……
– Contoh-contoh daripada kebiasaanmu ……
– Gambaran-gambara lain dapat ditemukan …..
            Paragraf yang merupakan urutan kejadian dapat disambung dan dibuat lebih jelas dengan ungkapan-ungkapan berikut.
(3)   – Keesokkan harinya …..
– Setelah beberapa saat ….
– Langkah beirkut ….., dan lain-lain
Dua paragraf yang isinya meyatakan kontras dapat dihubungkan dengan kata-kata ungkapan.
(4)   – Namun demikian …..
– Sebaliknya ….
– Sedangkan ….., dan lain-lain
            Bila paragraf berikutnya merupakan kesimpulan dapat digunakan ungkapan-ungkapan berikut.
(5)   – Semua kejadian ini membawa kita kepada ….
– Jadi, dapat disimpulkan ….
– Akhirnya bisa dikatakan ……

            Kompetensi untuk dapat memburu fakta-fakta berita dan dapat menyajikan naskah-naskah berita tidak bisa diperoleh secara instan, tetapi harus dilakukan dengan latihan atau kerja terus menerus. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar