Erika Musrima (06121402021)
Tri Intan Pratiwi (06121402015)
Merli Aprilianti (06121402007)
Prodi: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Krisis Minat Membaca dan Menulis
pada Generasi Muda Indonesia
Perkembangan teknologi yang melanda dunia dewasa ini membawa berbagai pengaruh positif dan negatif di dunia pendidikan. Pengaruh positif yang dirasakan, seperti lebih memudahkan proses pembelajaran, lebih memudahkan pelajar mengakses berbagai bacaan dari internet setiap saat, dan sebagainya. Sebaliknya, dampak negatif juga dapat dirasakan oleh manusia modern, terutama pada generasi muda Indonesia, seperti pudarnya nilai-nilai moral bangsa, nilai-nilai kesantunan di kalangan remaja, dan bahkan pudarnya semangat membaca dan menulis. Pengaruh itu terjadi karena penggunaan teknologi tersebut tidak dibarengi dengan pengawasan, pengarahan, dan pendidikan yang tepat bagi penggunanya. Kenyataan pengaruh negatif di atas menumbuhkan kekhawatiran pemerintah dan mayarakat Indonesia umumnya terhadap perkembangan bangsa Indonesia di masa depan
Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang memerlukan pikiran dan penalaran. Dalam kegiatan membaca, selain memperoleh pengetahuan, membaca juga dapat meningkatkan daya nalar. Selanjutnya, pengetahuan ini dapat meningkatkan kemampuan menulis dalam diri pembaca. Untuk dapat menulis kita harus banyak membaca. Membaca adalah sarana utama menuju ke keterampilan menulis. Oleh karena itu, kegiatan membaca berkaitan erat dengan menulis.
Pada kenyataannya, kegiatan membaca belum sepenuhnya menjadi perilaku keseharian masyarakat di Indonesia. Budaya gemar membaca dan menulis di kalangan generasi muda dewasa ini sangat memprihatinkan. Hal ini tidak dapat dipungkiri, jika pendidikan di Indonesia saat ini berada di peringkat bawah di banding negara-negara tetangga. Banyak generasi muda saat ini lebih terpengaruh pada pengaruh perkembangan teknologi yang semakin canggih. Sehingga mereka menggap kegiatan membaca dan menulis itu hanyalah kegiatan yang membosankan. Generasi muda dewasa ini lebih suka nonton, bermain game, facebook, twitter, dan sebagainya.
Jika dibandingkan dengan zaman dahulu, begitu banyak karya-karya sastra yang diciptakan oleh para sastrawan. Untuk menghargai karya sastra para pembaca bahkan mengenal dan menikmati, menghargai, memahami, menghayati, dan mengaplikasikan karya-karya sastra tersebut. Selain itu, orang banyak tergugah untuk ikut menghasilkan dan mengembangkan karya-karya sastra. Sedangkan di zaman sekarang, tidak banyak orang yang mau membaca apalagi menciptakan karya-karya sastra. Padahal tanpa disadari, melalui karya-karya sastra dapat menambah pengetahuan kita dari membaca dan menulisnya. Seperti yang dikemukakan oleh Taufik Ismail, seorang sastrawan terkemukaka, bahwa dari membaca buku-buku sastra secara tidak langsung kita sudah menanamkan budaya gemar membaca dan menulis kepada anak-anak kita.
Kualitas pendidikan kita sulit beranjak dari keterpurukan selama minat baca dan tulis tidak diurus dengan sungguh-sungguh. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan kita. Melalui pengembangan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, salah satunya dengan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun ada satu hal mendasar yang belum menjadi perhatian khusus oleh banyak pihak, yaitu rendahnya minat baca dan tulis.
Mengenai rendahnya minat baca dan tulis pelajar ini disebabkan pula kebiasaan membaca yang belum tercipta di lingkungan keluarga serta sistem pengajaran di sekolah yang kurang mewajibkan kepada siswa untuk membaca. Sekolah-sekolah tidak banyak yang melakukan program wajib baca buku. Akibatnya, pelajar memiliki sedikit latar informasi ketika melakukan kegiatan menulis. Pelajar mengalami kesulitan menuangkan ide atau gagasannya dalam bentuk tulisan.
Untuk mengatasi masalah krisis minat baca dan tulis di kalangan generasi muda Indonesia, pihak pemerintah dan lembaga-lembaga pendidikan harus bertindak tegas mengatasi masalah ini. Tak lupa peran orang tua juga harus ikut andil dalam menanamkan budaya gemar membaca dan menulis pada anak-anak mereka. Pihak sekolah dapat menerapkan budaya gemar membaca dan menulis di sekolah pada pelajar dengan berbagai upaya seperti, membuat promosi mengenai gemar membaca, menyediakan buku-buku bacaan yang berkualitas di perpustakaan sekolah, mewajibkan membaca buku dalam skala tertentu, Pelajar diwajibkan membuat laporan untuk menilai isi buku yang dibaca, mengadakan lomba menulis dan membaca, membuat koran dinding atau majalah dinding, dan memberikan penghargaan kepada siswa yang rajin berkunjung dan membaca buku di perpustakaan.
Orang tua hendaknya tidak menyerah untuk mencoba dan cerdik memanfaatkan teknologi untuk membantu meningkatkan minat baca anak. Upaya yang dapat dilakukan seperti, pertama, mengadakan kegiatan rutin membaca bersama di rumah, sehingga dapat menumbuhkan kebiasaan membaca anak dan mempererat kebersamaan dalam keluarga. Kedua, membacakan cerita sebelum tidur bagi anak-anak yang belum biasa membaca sendiri untuk merangsang minat baca anak. Ketiga, variasikan jenis buku bacaan anak sehingga anak tidak bosan dan selalu mendapat hal baru dari buku yang dibacanya. Orang tua dapat memberikan buku bacaan yang bervariasi seperti cerita fiksi, cerita ilmiah, ensiklopedia bergambar untuk anak, komik maupun majalah anak, dan sebagainya. Keempat, ajak anak belanja buku di toko buku dan memilih buku yang ia sukai sehingga mereka antusias menjalani aktivitas ini. Jika koleksi buku anak sudah mulai banyak, ajak anak untuk membuat perpustakaannya sendiri. Hal ini dapat menumbuhkan kebanggaan tersendiri bagi anak sekaligus mengajarkan ia mengorganisir buku yang dimilikinya.
Dengan upaya yang diberikan diatas semoga dapat mengembangkan budaya gemar membaca dan menuli di kalangan generasi muda kita. Sebagai generasi muda penerus bangsa, sebaiknya kita aktif dalam melestarikan dan menanamkan budaya gemar membaca dan menulis. Oleh karena itu, kegiatan membaca dan menulis hendaknya menjadi budaya di sekolah hingga menjadi karakter yang tertanam pada warga sekolah, terutama pada pelajar dan masyarakat Indonesia. Membaca sebagai budaya bangsa dapat diartikan bahwa kegiatan membaca menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan membaca bila dilakukan oleh setiap orang di setiap kesempatan akan menjadi salah satu karakter bangsa dan dapat memajukan pendidikan di negara kita. Membaca dan menulis harus dijadikan sebagai budaya yang terus dibangun dan dikembangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar