Minggu, 11 Mei 2014

Inti Sari Bahasa Jurnalistik Bab 6-8

Nama   : Intan Pratiwi
NIM     : 06121402017
MK      : Bahasa Jurnalistik
Tugas    :Inti Sari (Bab 6,7,8)
Bab 6
Bahasa yang Tepat Makna
Dengan kata lugas dan mudah dimengerti bahwa bahasa jurnalistik harus disajikan dengan prinsip tepat makna.
Beberapa cara untuk menerapkan prinsip tepat makna di dalam bahasa jurnalistik.
1. Menggunakan kata-kata yang secara faktual adalah benar
2. Menggunakan kata-kata yang secara gramatikal memiliki bentuk yang tepat.
3. Menggunakan kata yang secara semantik mempunyai nuansa makna yang tepat dari sederet kata bersinonim
4. Menghindari bentuk-bentuk frase atau kalimat yang ambigu
5. Menyusun kalimat sesuai dengan kaidah gramatikal
A.      Kata-kata dengan kebenaran faktual
Kata-kata dengan kebenaran faktual adalah kata-kata yang sesuai objek empirisnya.
Contoh: Gunung Kelud di perbatasan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Sumber: Tribun Sumsel, Sabtu 15 Februari 2014

B.      Kata-kata dengan bentuk gramatikal yang tepat
Kata-kata dengan bentuk gramatikal yang tepat adalah kata-kata yang memiliki bentuk gramatikal yang mendukung konsep makna yang tepat.
Contoh: Letusan dahsyat Gunung Kelud masih terus menghantui warga sekitar erupsi.
Sumber: Tribun Sumsel, Sabtu 15 Februari 2014

C.      Pilihan dari kata-kata bersinonim
Banyak orang berpendapat bahwa kata-kata yang bersinonim seperti mati, wafat, meninggal, tewas memiliki makna yang sama, namun sebenarnya tidak. Yang sama hanyalah makna dasarnya.
Contoh: Leo akhirnya tewas seketika di lokasi kejadian.
Jenazah Rohani meninggal di Arab Saudi.
Sumber: Berita Pagi, Senin 17 Februari 2014 dan Kompas, Selasa 4 maret 2014

D.      Menghindari bentuk-bentuk ambiguiti
Yaitu bentuk frase atau kalimat yang mempunyai potensi untuk ditafsirkan memiliki lebih dari satu makna
Contoh: Puspitawati adiknya Ratnawati
Sumber: Tribun Sumsel, 6 Januari 2013

E.       Susunan Kalimat yang cermat
Contoh: Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan mencatat produksi padi di Kalsel tahun 2013 sebanyak 2,031 juta ton.
Sumber: Kompas, Selasa 4 maret 2014
Bab 7
Bahasa yang Menarik
Pembicaraan mengenai bahasa yang menarik dapat dibedakan atas: menarik pada judul berita, menarik pada teras berita, dan menarik pada keseluruhan berita.
A.      Menarik pada judul berita
Pertama-tama orang ingin membaca sebuah berita adalah karena melihat judul beritanya. Judul berita haruslah dikemas semenarik mungkin dengan kata-kata yang dapat mengunggah perasaan dan minat membaca.
Contoh: Jalan Rusak, Pungli Marak
Sumber: Sumeks, kamis 12 desember 2013

B.      Menarik pada teras berita
Yaitu paragraf pertama dari berita langsung yang berisi informasi mengenai yang akan dikemukakan pada badan berita.
Contoh: Jalan Rusak, Pungli Marak (Judul)
Teras Berita: Pungutan liar sering terjadi di akses jalan lintas provinsi yang menghubungkan Desa Biaro dengan Kelurahan Karang Dapo, Kecamatan Karang Dapo, Muratara. Buruknya kondisi jalan dimanfaatkan oknum warga untuk melakukan pungli ke setiap kendaraan yang melintas.
Sumber: Sumeks, kamis 12 desember 2013

C.      Menarik untuk badan berita, berita kisah, dan artikel
1.       Mendramatisir kejadian
Maksudnya suatu kejadian tidak cukup hanya dinyatakan dengan kata-kata abstrak saja, tetapi harus dinyatakan atau didramatisasikan.
Contoh: Salah seorang warga namanya enggan disebutkan mengaku dirinya resah dengan keberadaan oknum warga yang melakukan pungli. “Aku takut bae, siapo tahu cuman modus. Mereka memang tidak memaksa, hanya menadahkan kardus ke arah setiap kendaraan yang melintas,” ujarnya.
 Sumber: Sumeks, Kamis 12 desember 2013
2.       Mengkonkretkan kata abstrak
Agar lebih menjelaskan dan menarik, pernyataan dengan kata-kata itu harus disebutkan angkanya yang konkret, dapat diukur dan dibayangkan.
Contoh: Produksi jagung sebelumnya 112.066 ton (2012) menjadi 107.043 ton (2013).
 Sumber: Kompas, Selasa 4 maret 2014
3.       Variasi pola kalimat
Sebuah kalimat dasar memiliki pola struktur subjek (S), predikat (P), objek (O) dan keterangan (Ket). Dengan catatan keterangan bisa terdiri dari sejumlah keterangan, seperti keterangan waktu, keterangan tempat, keterangan cara, keterangan jumlah, dsb.
Contoh: Tahun 2007,pemerintah membangun rumah panggung. (K-S-P-O)
Sumber: Kompas, Selasa 4 maret 2014
4.       Variasi jenis kalimat
Jenis-jenis kalmat digunakan agar tidak membosankan dan agar kalimat yang digunakan menjadi menarik.
Contoh: TKW direkrut calo. Sumber: Kompas, Selasa 4 maret 2014
5.       Variasi konjungsi
Dengan memvariasikan kata-kata konjungsi diharapkan bahasa yang digunakan menarik dan tidak membosankan.
Contoh: Namun, menurut Sekretaris PT AP I Farid Indra Nugraha, lokasi pembangunan...
Sementara itu, pemerintah berencana membangun bandara internasional...
Sumber: Kompas, Selasa 4 maret 2014
6.       Penggunaan ungkapan, gaya bahasa, eufemisme, dan disfemisme
Meskipun bahasa jurnalistik harus singkat, padat dan lugas, tetapi untuk mendapatkan bahasa yang menarik perlu digunakan ungkapan, gaya bahasa, eufemisme, dan disfemisme yang sudah umum dan dikenal luas.
Ungkapan adalah kata atau gabungan kata yang maknanya tidak dapat ditelusuri secara leksikal maupun gramatikal.
Contoh: Kadang suka aku ejekin, jangan dipendem-pendem lho, nanti bertelur.
Sumber: Berita Pagi, 17 Februari 2014
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa.
Contoh: Setiap kepala dimintai sumbangan Rp 15.000
Eufemisme adalah upaya menampilkan bentuk-bentuk kata yang dianggap memiliki makna yang lebih halus atau lebih sopan untuk menggantikan kata-kata yang telah biasa dan dianggap kasar.
Contoh: Bagi perusahaan yang masih saja bandel dan tak melakukan perbaikan, kami akan minta penyelidik kepolisian.
Sumber: Sumeks, kamis 12 desember 2013
Disfemisme adalah upaya untuk mengganti  kata atau ungkapan yang halus dengan kata atau ungkapan yang bermakna kasar.
Contoh: Tubuh Friskilla yang juga tak bernyawa lagi, terus dibawa ke RSUD Lahat.
Sumber: Sumeks, Kamis 12 Desember 2013













Bab 8
Bahasa yang Nalar
Nalar adalah logis, masuk akal, atau dapat diterima menurut logika. Seorang jurnalis harus dapat menangkap mana ungkapan yang nalar dan mana yang tidak. Ungkapan yang tidak nalar perlu disikapi dengan kritis agar berita yang disajikan betul-betul bermutu dan layak jadi berita.
Salah nalar biasanya bersumber dari empat hal, yaitu salah dalam hal:
1. Menarik kesimpulan umum (induksi)
2. Menarik kesimpulan khusus (deduksi)
3. Menarik persamaan (analogi)
4. Memberi alasan (argumen)
A.      Kesimpulan umum (Induksi)
Kesimpulan umum adalah kesimpulan yang ditarik berdasarkan fakta-fakta khusus menjadi sebuah kesimpulan.
Contoh: Marak pungli di jalanan yang rusak.
Sumber: Sumeks, Kamis 12 Desember 2013

B.      Kesimpulan khusus (Deduksi)
Kesimpulan khusus ditarik dari satu pernyataan umum (PU) dan satu pernyataan khusus (PK). Pernyataan yang bersifat umum lazim disebut premis mayor dan pernyataan yang bersifat khusus lazim disebut premis minor. Dengan dasar kedua pernyataan itu dihasilkan sebuah kesimpulan yang logis dan sah.
Contoh:
PU          : Semua polisi tubuhnya tegap
PK           : Kakak saya seorang polisi
Jadi        : Kakak saya tubuhnya tegap

C.      Persamaan (Analogi) yang salah
Analogi adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan satu fakta khusus dengan fakta khusus lain.
Contoh: Hidup ini bagai orang mampir ke warung, begitu kebutuhan telah terpenuhi ia segera meninggalkannya.

D.      Kesalahan argumentasi
Argumen adalah alasan untuk membenarkan suatu pernyataan. Jadi argumentasi harus tepat.
Contoh: Menurutnya, cap-cap desa tidak diketahui dan belum pernah dilihat dan di kantornya. Jadi, untuk keterkaitan cap desa itu belum bisa dikonfirmasikan.
Sumber: Sumeks, kamis 12 desember 2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar