Nama : Anggun Saymona
N Nim : 06121402029
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Bab 10: Masalah Bahasa Lainnya
Beberapa masalah lain yang masih berkaitan dengan bahasa jurnalistik, yaitu
tentang kata-kata penat (tired words), kerancuan (kontaminasi), upaya hemat
kata melalui ejaan, dan masalah bahasa jurnalistik untuk radio dan televise.
Kata penat
adalah kaitan dengan kata-kata yang sangat sering digunakan, sehingga orang
bosan membacanya. Kata penat ini lazim disebut kata-kata klise atau type. Dalam
setiap karangan apabila kita ingin pindah ke paragrap harus ada kata atau
ungkapan yang menghubungkanya. Kata atau ungkapan tersebut tidak boleh sama
harus bervariasi sehingga tidak menimbulkan kebosanan pembaca.
Kerancuan
atau kontaminasi adalah pencampuran dua ungkapan (konstruksi bahasa) yang
terjadi atau dilakukan tanpa disandari, tetapi akibatnya bentuk ungkapan itu
menjadi kacau. Misalnya: a. Misalnya,
ada ungkapan “menundukkan kepala” dan ungkapan “membungkukkan badan” atau
“membungkukkan kepala”. Kedua ungkapan itu menjadi kacau atau rancu. b. ungkapan “untuk sementara waktu” ini rancu,
karena kata sementara sedah bermakna
waktu. Jadi, ungkapan yang seharusnya adalah untuk sementara.
Hemat kata
melalui Ejaan, Rosihan Anwar (1991) punya gagasan bahwa kita dapat melakukan
penghematan melalui ejaan. Namun kita harus berhati-hati karena tidak mungkin
“melakukan” semuanya. Kata syah,
misalnya tidak mungkin dijadikan sah karena kata syah dan sah memiliki makna berbeda. Syah
adalah raja sedangkan sah bermakna
benar. Jika ini dilakukan maka akan semakin jauh dari ragam bahasa formal.
Bahasa
jurnalistik radio dan televisi disampaikan secara lisan. Berita dalam media
radio harus dipahami dan ditangkap secara audial (didengar). Dalam bahasa lisan
yang disiarkan oleh radio tidak ada tanda-tanda baca, melainkan hanya ada
intonasi kalimat, tekanan kata, nada dan aksen. berita dalam media televisi
kita tangkap secara audiovisual.
Sebagaimana dengan berita untuk media cetak, berita untuk radio dan media
televisi juga mengenal unsur 5W+1H.
Berita untuk
media cetak dengan prinsip piramida terbalik, bagian penting biasanya unsur
what dan who ditempatkan di atas, lalu bagian yang kurang penting dibagian
bawah. Dalam bahasa berita untuk media radio bentuk piramida terbalik ini
dihindarkan karena, kalau bahasa tulis dalam surat kabar bias diulang-ulang
membacanya, tetapi bahasa lisan dalam radio tidak bias diulang-ulang
mendengarkannya.
Mark W. Hall
(dalam Rosihan Anwar 1991) mengatakan perbedaan pokok antara jarnalistik cetak
dengan jurnalistik siaran ialah yang pertama ditujukan untuk mata, sedang yang
kedua untuk telinga. Karena itu, dia membedakan antara yang disebut see copy naska untuk dilihat, dan hear copy naska untuk didengar. Bahasa
untuk hear copy antara lain, harus: dalam gaya percakapan, dengan
kalimat-kalimat yang pendek dan lugas, menghindari susuna kalimat terbalik,
mengusahakan agar subjek dan predikat letaknya berdekatan.
Bab 11: Memburu
dan Menyajian Berita
Tugas pokok seorang jrnalistik adalah memburu dan menyajikan berita sampai
berita itu tersiarkan entah melalui media cetak maupun media elektronik. Tugas
pertama seorang wartawan sehari-hari adalah memburu, mencari, atau menemukan
berita, dan tentukan wartawan tersebut harus memiliki kompetensi mencari
berita. Tugas wartawa adalah mengumpulkan fakta-fakta sebanyak-banyaknya yang
berkenaan dengan suatu kejadian atau peristiwa. Cara mengumpulkannya ada dua
cara yaitu dengan observasi dan wawancara.
Cara
pertama, observasi dilakukan dengan mendatangi secara langsung ke TKP (tempat
kejadian perkara). Fakta-fakta yang harus dikumpulkan berkenaan dengan
unsur-unsur berita yaitu 5W+1H. Jika waartawan datang terlambat ke TKP,
wartawan tersebut masih bisa mengumpulkan fakta-fakta dari sumber-sumber yang
tahu atau menangani kejadian tersebut sepert saksi mata, kepolisian, pihak
rumah sakit, dan juga keluarga korban. Fakta-fakta yang dikumpulkan dapat
diolah menjadi berita langsung untuk terbit dihari yang sama, berita ringan,
dan berita kisah.
Cara kedua
wawancara, apa yang akan diwawancarakan tergantung dari tujuan berita yang
ingin disampaikan. Misalnya kita ingin mebuat berita kisah tentang kehidupan
seorang pedagang gorengan. Fakta-fakta yang perlu digali adalah siapa si
pedagang itu, berapa modal yang dikeluarkan setiap hari, berapa omzet hasil
penjualannya setiap hari, cukup tidak pendapatannya itu untuk menghidupi
keluarganya, sejak kapan menjadi pedagang gorengan, apakah pernah melakoni
perkerjaan lain, suka duka menjadi pedagang gorengan, bagaimana kalau pada
suatu hari tidak habis terjual, dan sebagainya. Pokoknya kumpulkan fakta
sebanyak-banyaknya mengenai pedagang gorengan.
Persoalan
kita disini, bagaimana cara menyampaikan pertanyaan kepada pedangan gorengan
itu. Andaikata yang diwawancarai bukan pedaganng gorengan, melainkan seseorang
yang terpelajar, kita bisa saja mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Siapa nama
Anda (bapak, ibu, saudara)?
2. Berapa umur
Anda?
3. Berapa
pendapatan Anda atau gaji Anda setiap bulan?
4. Berapa usia
anak Anda yang tertua?
5. Hobi Anda
apa?
6. Apa suka
duka Anda dalam pekerjaan Anda sehari-hari?
7. Apa harapan
Anda untuk masa depan ayng akan dating?
Pertanyaan-pertanyaan
denga mudah akan mudah dijawab oleh oaring berpendidikan cukup dan menduduki
jabatan atau pekerjaan yang cukup baik. Namun, bagi orang sekelas tukang
gorengan di pinggir jalan adalah sangat sukar untuk menjawabnya. Oleh karena
itu, formulasi pertanyaan harus diubah, dengan cara lain.
Fakta-fakta
yang sudah terkumpul, baik dalam catatan di kertas maupun dalam bentuk rekaman,
harus diolah, disajikan menjadi naskah berita yang akan dicetak atau dimuat
dalam surat kabar atau majalah. Dalam penyusunan naskah berita, pertama-tama
kita rumuskan dulu judul berita. Misalnya mengenai tabrakan busway dengan
sepeda motor di atas dapat kita rumuskan dulu beberapa judul alternative.
Misalnya: 1.Tabrakan busway dan sepeda motor,
2. Lagi-lagi busway minta korban, 3.Kurang hati-hati membelok dihajar
busway, 4. Korban terpental luka parah
Judul (1)
tampaknya judul biasa karena hanya menonjolkan untuk what-nya. Jadi, tidak menarik. Judul (2) dibuat karena diingat
sebelumnya telah banyak korban tabrakan dengan busway. Judul ini menonjolkan who-nya dari busway. Cukup menarik.
Judul (3) menonjolkan who-nya dari
pihak pengendara sepeda motor. Judul ini juga menarik tetapi kalimat terlalu
panjang karena dilengkapi dengan keterangan sebab. Judul yang terlalu panjang
lazim dianggap kurang baik.kemudian judul (4) menonjolkan unsure who-nya dari pihak pengendara sepeda
motor. Cukup bagus dan menarik serta cukup singkat.
Sebagai
teras berita, paragraf pertama harus dibuat singkat, tetapi menarik dan memuat
unsur berita yang lengkap (kalau mungkin). Setelah paragraf pertama yang
merupakan teras berita dan berisi intisari berita, dapat dilanjutkan dengan
paragraf-paragraf berikutnya.
Antara
paragraf yang satu dengan yang lainnya, yang berikutnya harus ada keterkaitan,
ada penghubung yang ada di dalam penulisan berita dinamakan soal transition atau pengalihan. Misalnya,
jika dua paragraf menyatakan hubungan sebab-akibat, maka salah satu dari
konjungsi antarparagraf berikut dapat digunakan, 1. Dengan demikian, 2. Oleh
karena itu, 3.Karena itu, 4.Oleh sebab itu, 5.Akibatnya,
Bila kita
menyebutkan sejumlah pasal, maka kita dapat mempertautkannya dengan menggunakan
ungkapan-ungkapan atau penyambung berikut. Missal: Ada dua pasal yang
menyongkong gagasan ini…
Paragraf
yang merupakan urutan kejadian dapat disambung dan dibuat lebih jelas dengan
ungkapan-ungkapan berikut, 1. Keesokan harinya, 2. Setelah beberapa saat, 3.
Langkah berikut. Dua paragraf yang isinya menyatakan kontras dapat dihubungkan
dengan kata-kata atau ungkapan: 1. Namun demikian, 2. Sebaliknya, 4. Sedangkan,
5. Di pihak lain
Bila paragraf berikutnya kesimpulan dapat
digunakan ungkapan-ungkapan berikut.
1. Semua
kejadia ini membawa kita kepada
2. Jadi, dapat
disimpulkan
3. Akhirnya
bisa dikatakan
Kompetisi
untuk dapat memburu fakta-fakta berita dan dapat menyajikan naskah-naskah berita
tidak bisa diperoleh secara instan, tetapi harus dilakukan dengan latihan atau
kerja terus menerus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar