Senin, 12 Mei 2014

ANALISIS TAJUK RENCANA DARI KORAN

Nama : Tri Intan Pratiwi
NIM     : 06121402015
Prodi  : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
 

Bahasa Jurnalistik
1.    Carilah tajuk rencana tentang politik dan pendidikan.
2.    Analisislah mengenai segi bahasa, kalimat, diksi, dan ejaannya.
3.    Tentukan dari segi teori dan termasuk tesis tajuk rencana apa.

TRIBUN SUMSEL
Tribun Corner

Senin, 24 Maret 2014
Perang Politik Kaum Elite


Perang politik di media massa menjelang Pemilu 2014 semakin panas sejak musim kampanye Pileg dibuka. Iklan parpol begitu dirasa di media televisi, yang notabene, media paling akrab dengan masyarakat Indonesia yang cukup disaksikan dengan cara visual.
Semua elite tokoh politik terjun langsung dalam iklan-iklan parpol. Mereka sepertinya sudah tak segan lagi untuk mengajak masyarakat memenangkan parpol-nyadengan menjual janji dan harapan.
Sebut saja iklan parpol Demokrat. Kalau lima tahun lalu, tokoh-tokoh yang muncul cukup banyak ditampilkan. Mulai dari Angelina Sondach, Anas Urbaningrum, Andi Malarangeng hingga Edie Baskoro. Namun tokoh-tokoh itu lenyap di tahun ini. Tak ada tokoh pengganti.iklan parpol Demokrat lebih banyak menampilkan anak-anak muda dan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono di penghujung iklan. SBY tampaknya memang harus turun tangan untuk memenangkan parpol yang dirintisnya. Kalau bukan SBY, siapa lagi?
Demikian juga iklan Partai Amanat Nasional. Tokoh yang tampil tentu saja Hatta Rajasa yang digadang-gadang sebagai calon presiden. Parpol lain seperti Golkar, Hanura, PKPI dan lain-lain juga mengandalkan tokoh sentralnya. Hanya beberapa parpol saja yang lebih mengedepankan isu-isu di masyarakat meski tetap ada unsur narsis di dalamnya. Seperti iklan PDI-P, Partai Nasdem, PKS, dan sebagainya.
Dibandingkan dengan edisi pesta demokrasi lima tahunan sebelumnya, karena terdapat sejumlah politisi yang memiliki media di Tanah Air. Anggota Dewan Pers Nezar Patria misalnya, menialai pada pemilu 2014 perang politik di media akan semakin terasa lebih ketat terlebih kini capres-cawapres adalah orang-orang yang menjadi pemilik korporasi media.
Media akan terus menjadi “outlet etalase” partai politik dalam memperkenalkan dirinya kepada publik. Tinggal bagaimana partai mampu mengemas iklannya dengan cara kreatif dan efektif dalam menarik minat publik. Di satu sisi partai membutuhkan publikasi, sedang media akan mendapatkan pemasukan dari ruang iklan yang dijual. Namun pemilik dari media akan memiliki keleluasaan yang lebih dalam menyiarkan iklan yang terkait dengan partai atau dirinya.
Beberapa pemilik media yang berhasil dalam kancah politik hingga meraih kekuasaan di dunia pernah terjadi di Italia dengan Silvio Berlusconi atau di Thailand ada Thaksin Shinawatra, sehingga Indonesia akan bisa menjadi seperti tersebut. Tanda-tanda kondisi ini terlihat adanya para pemilik media yang mencalonkan diri sebagai calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) merupakan pemilik telivisi yang menjadi media primadona dalam pemilu. Aburizal Bakrie dengan media AN TV dan TV One. Surya Paloh ketua umum Partai Nasdem, dengan media Metro TV. Lalu Hanura lewat pasangan Wiranto dan Hanura, yang memiliki media grup MNC.
Kondisi ini mememrlukan peraturan dan pengawasan ketat terhadap gerak gerik politik menjelang Pemilu 2014. Media juga harus proposional dalam memberitakan karena media akan semakin memiliki peran sentral dalam mengelola kebutuhan public mengenai informasi Pemilu 2014.
KPU sendiri berupaya menerapkan asa keadilan sebagai elemen penting dalam implementasi kampanye dan iklan parpol maupun caleg. Terakhir, masyarakatlah yang akan menentukan pilihannya sendiri. Masyarakat diyakini telah cukup pintar untuk menilai dan apakah tertarik melihat iklan-iklan parpol tersebut.

Analisis
Tajuk rencana yang berjudul “ Perang Politik Kaum Elite” telah memenuhi syarat tajuk rencana, yakni.
1.    Provokatif
2.    Singkat, padat, dan langsung pada pokok pembicaraan
3.    Relevan, yaitu tidak menyimpang pada topik
4.    Fungsional, yaitu bersifat mandiri
5.    Informal, yakni atraktif, hidup, dan segar
6.    Penyederhanaan masalah
Penggunaan bahasanya menarik. Kalimatnya ringkas, lugas, dan tegas. Pilihan kata (diksi) tepat dan sesuai dengan susunan kalimatnya. Ejaannya benar dan mudah dipahami.
Tajuk rencana “ Perang Politik Kaum Elite” menggunakan segi teori Sees dan termasuk tesis terbuka. Tajuk rencana ini terdiri dari pembuka, penghubung, penutup.

Koran tempo
OPINI
JUM AT, 07 MARET 2014
Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan
Darmaningtyas


Majelis Luhur Tamansiswa

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kembali menyelenggarakan acara Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) pada Maret 2014. Ada sejumlah agenda yang akan dibahas dalam sidang-sidang komisi dalam RNPK 2014, yaitu mengenai kebijakan PAUDNI, implementasi Kurikulum 2013 (penyediaan buku), implementasi Kurikulum 2013 (pelatihan guru), pelaksanaan ujian nasional (UN) 2014, kebijakan Pendidikan Tinggi, dan kebijakan Pengembangan Kebudayaan.
Para kepala dinas lebih berharap pada persoalan yang konkret-konkret, seperti penuntasan program wajib belajar sembilan tahun, pendidikan universal (pendidikan dasar 12 tahun), dana BOS agar tidak terlambat dan mengurangi beban masyarakat maupun sekolah, penuntasan sertifikasi guru berikut kelancaran pembayaran tunjangan sertifikasi, UN yang tidak menjadi momok masyarakat, serta kejelasan mengenai kesiapan implementasi Kurikulum 2013.
Evaluasi kinerja Kemdikbud 2010-2014 sebetulnya sudah jelas sekali, seperti halnya kementerian lainnya, selalu ada plus-minusnya. Dari segi aksesibilitas, dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, ada perbaikan signifikan. Pada tingkat pendidikan dasar, besaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) telah mencapai 100 persen dari kebutuhan biaya operasional pendidikan sehingga, asalkan datang tepat waktu, maka semestinya sekolah tidak perlu melakukan pungutan lagi.
Demikian pula pendidikan universal telah dijalankan di beberapa daerah yang menjadi pilot project-nya. Sedangkan angka partisipasi pendidikan tinggi (APPT) naik cukup signifikan, yaitu dari 18 persen (2010) menjadi 28 persen (2013) atau dari sekitar 4,6 juta menjadi 5,4 juta mahasiswa. Salah satu langkah untuk menggenjot APPT adalah menegerikan 20 PTS yang tersebar di seluruh Indonesia, terutama di luar Jawa. Langkah ini positif untuk mempercepat pemerataan pendidikan, terutama di luar Jawa.
Namun persoalan guru sampai sekarang belum ada tanda-tanda selesai. Problem terbesar pada guru saat ini adalah jumlahnya yang terlalu banyak (2,9 juta), tapi dengan kualitas yang pas-pasan. Sedangkan persoalan di antara sesama guru adalah adanya kecemburuan sosial dari para guru yang belum tersertifikasi dengan guru-guru yang sudah tersertifikasi. Guru-guru yang sudah tersertifikasi mendapatkan tunjangan profesi sebesar gaji pokok sebagai guru, sedangkan guru-guru yang belum tersertifikasi hanya menerima gaji dan tunjangan fungsional, sementara mereka melaksanakan tugas yang sama.
Kecemburuan antarguru berpengaruh terhadap suasana kerja, dan akhirnya dirasakan oleh para murid, bahwa ada guru-guru yang melaksanakan tugas dengan penuh semangat, tapi ada guru yang sepertinya ogah-ogahan. Di sisi lain, pemerintah tidak bisa melaksanakan sertifikasi secara serentak karena keterbatasan anggaran. Dengan jumlah guru yang tersertifikasi seperti saat ini saja, gaji guru dan tunjangan profesi guru dan dosen telah menyedot 70 persen dari total anggaran pendidikan, apalagi bila 2,9 juta guru tersertifikasi semua, tentu akan menghabiskan semua anggaran pendidikan untuk gaji dan tunjangan guru, sehingga tidak tersedia lagi biaya operasional pendidikan.
Persoalan guru ini tidak akan pernah selesai, mengingat besarnya jumlah guru dan terbatasnya anggaran pendidikan yang harus terbagi untuk operasional. Isu lama yang tetap akan menjadi ganjalan adalah masalah ujian nasional (UN). Kinerja Kemdikbud 2010-2014 sempat terpuruk pada 2013 dengan adanya penundaan pelaksanaan UN di 11 provinsi lantaran distribusi soalnya terlambat. Dan, masalah UN akan terus menjadi polemik bila pemerintah mengimplementasikan Kurikulum 2013. Semangat kurikulum yang lebih mendorong proses pembelajaran siswa aktif dan siswa mencari tahu, bukan diberi tahu akan tepat bila sistem evaluasi belajarnya tidak memakai UN. Tapi pemerintah, melalui PP Nomor 32 Tahun 2013 yang merupakan revisi terhadap PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, masih tetap menerapkan UN untuk tingkat SMP-SMTA (SMA dan SMK). Ini akan jadi masalah selamanya karena bertentangan dalam hal prinsip pembelajaran. 
Persoalan baru yang perlu mendapat perhatian serius adalah implementasi Kurikulum 2013. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh bertekad akan melaksanakan Kurikulum 2013 100 persen mulai tahun ajaran 2014/2015. Padahal persiapan untuk implementasi amat minim. Banyak guru yang sampai sekarang belum mengerti desain Kurikulum 2013 itu sendiri, apalagi memahami isinya.
Untuk memahami substansi Kurikulum 2013, dibutuhkan pengetahuan yang cukup tentang Kurikulum Terintegrasi, dan sayangnya itu tidak dimiliki oleh para guru. Itu sebabnya, menurut penulis, Kemdikbud tidak perlu memaksakan implementasi Kurikulum 2013 kepada seluruh sekolah di Indonesia, tapi dipersilakan pada sekolah-sekolah yang telah siap. 
Jadi perlu ada masa transisi minimum tiga tahun untuk pindah dari KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) ke Kurikulum 2013. Semoga isu-isu yang mengemuka di lapangan seperti itu dibahas dalam RNPK 2014, tidak hanya bicara dalam tataran makro, tapi juga harus menyelesaikan persoalan riil di lapangan.

Analisis
Tajuk rencana yang berjudul “Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan” telah memenuhi syarat tajuk rencana, yakni.
1.    Provokatif
2.    Singkat, padat, dan langsung pada pokok pembicaraan
3.    Relevan, yaitu tidak menyimpang pada topik
4.    Fungsional, yaitu bersifat mandiri
5.    Informal, yakni atraktif, hidup, dan segar
6.    Statistik, penyederhanaan masalah, serta pemberian makna terhadap deretan angka
Penggunaan bahasanya menarik. Kalimatnya ringkas, lugas, dan tegas. Pilihan kata (diksi) kurang tepat dan tidak sesuai dengan susunan kalimatnya. Ejaannya benar dan mudah dipahami maknanya.
Tajuk rencana “Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan” menggunakan segi teori Ansua dan termasuk tesis terbuka. Tajuk rencana ini terdiri dari pembuka, penghubung, penutup.


1 komentar: